Kamis, 04 November 2010

Sudah Saatnya Modernisasi Sepakbola !!!

Bulan Juni 2010 adalah bulan bulan bola. Penduduk dunia pada ba situngkin menontonya. Hampir setiap hari tv menggelar adu kambing antar negara penguasa olah kulit bundar. Walaupun Indonesia belum mampu tembus ke level piala dunia kali ini, tapi itu tidak menyurutkan semangat penggemar sepakbola tanah air, bahkan eforia-nya sudah sangat berlebih, alias banyak yang kena penyakit yang namanya demam bola.

Aku sebenarnya juga hobi nonton bola, jadi tak luput juga ikutan nibrung menyaksikan setiap pertandingan piala dunia. Mungkin sejak kick off Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dimulai, sejak itu pula kekesalan penonton dan pendukung negara yang sedang bertanding terhadap putusan wasit yang memimpin pertandingan dimulai. Masih teringat sebuah gol cantik tim Mexico di gawang tuan rumah yang dianulir wasit menjadi offside. Kejadian itu terus berulang diberbagai pertandingan, kejadian sangat tragis terjadi tadi malam saat pertandingan antara Inggris versus Jerman. Gol tendangan jarak jauh Lampard dianulir wasit karena dianggap belum melewati garis gawang. Padahal kalau saja dinyatakan gol tentu motivasi pemain Inggris akan meningkat karena mampu menyamakan kedudukan menjadi 2:2, walaupun Tim Panser bermain sangat bagus malam itu dan pantas pula mereka menjadi pemenang pertandingan ini.

Yah … begitulah sepakbola. Keputusan wasit adalah keputusan final yang tidak bisa diganggu gugat. Bisa jadi hal-hal di atas bukanlah kesalahan yang sengaja dibuat oleh seorang wasit, tetapi kemampuan manusia yang terbatas sehingga tidak mampu menghasilkan keputusan cepat yang benar-benar berdasar. Padahal teknologi saat ini sudah sangat maju, sehingga kita pun sebagai penonton versi layar kaca dapat melihat replay (tayangan ulang kejadian) yang sacara tidak langsung mempertontonkan keteledoran dan keterbatasan wasit dalam memimpin pertandingan.

Mengapa protes pemain tidak digubris?
Apakah sepakbola harus se-kaku dan se-otoriter ini?

Tak ada salahnya, wasit menghentikan pertandingan sejenak untuk memastikan kejadian yang sebenarnya versi tangkapan kamera yang telah dipasang di berbagai sudut lapangan. Apa bedanya dengan tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh seorang pemain terhadap pemain lawan yang menyebabkan terjadinya penambahan waktu beberapa menit dipenghujung pertandingan.

Mungkin kita sebagai penonton versi layar kaca, 1(satu) menit pasca kejadian (setelah melihat replay kejadian) kalaulah boleh menelpon si wasit yang memimpin pertandingan tentu kita bisa memberikan masukan bahwa kejadian itu berupa gol offside, bola out, atau benar-benar gol. Sebuah keanehan apabila pertandingan sepakbola yang sangat spektakuler seperti ini, tak menerapkan kemajuan teknologi.

Bisa saja menugaskan seorang wasit cadangan yang khusus bertugas menjadi operator di belakang layar tv (setelah melihat replay kejadian) langsung mengirimkan masukan/pulse yang dapat ditangkap oleh wasit utama melalui sebuah jam tangan berkode lampu dan sebagainya ditengah lapangan. Atau memasang sebuah perangkat elektronik pada tiang gawang dan bola itu sendiri. Apabila bola telah melewati garis gawang, wasit utama akan mendapatkan kode/pulse pada jam tangan yang digunakannya. Mungkin para pakar teknologi tak akan ada yang menyangkal bahwa hal ini tidak bisa direalisasikan dan diterapkan dalam sebuah pertandingan sepakbola.

Tentu semua itu tergantung FIFA yang punya otoritas dalam menyempurnakan sistem pertandingan dan sistem perwasitan olahraga sepak bola ini. Mungkin mereka masih fobia terhadap ternologi sehingga masih berpemikiran primitif sehingga sampai saat ini, ketidakadilan putusan wasit terhadap setiap kejadian melukai perasaan penggemar dan pendukung pihak yang dirugikan.

Ini hanyalah sebuah masukan untuk memodernkan pertandingan sepakbola. Sehingga disetiap pertandingan sepakbola benar-benar berjalan secara fair tanpa cacat yang disebabkan human error. Menang ataupun kalah pada sebuah pertandingan sepakbola bisa diterima secara lapang dada tanpa catatan-catatan dan embel-embel yang kadang tak seharusnya terjadi.

Aku berharap tim dukunganku menang malam ini, walaupun peluangnya sangat tipis karena langsung bertemu dengan kandidat juara yakni Brazil. Tiada soal bagiku apabila Chile kalah atas Brazil malam ini asal pertandingan tersebut tak tercederai oleh keputusan salah wasit yang memimpin pertandingan tersebut.

Mudah-mudahan tidak demikian …


Pondok Bakso Mas Widodo
Pasar Baru Limau Manis
28 Juni 2010, 19:52 WIB

“Teh Talua, Kopi Talua, atau Susu Talua”

Teh Talua, dari unsur katanya sudah jelas mengisyaratkan kontennya berupa perpaduan antara teh dengan talua (telur) yang merupakan salah satu minuman favorit para lelaki di Minangkabau. Disini, teh talua bisa dengan mudah didapatkan seperti di warung kopi, rumah makan, bahkan juga disajikan di kafe dan restoran. Mengapa menjadi minuman favorit? Mungkin karena diyakini berkhasiat menambah vitalitas dan rasanya juga enak.

Cara membuatnya tidaklah serumit yang dibayangkan. Siapkan satu butir telur ayam kampung (bukan telur ayam buras), ambil kuning telurnya saja, lalu taruh dalam gelas. Tambahkan gula pasir sesuai selera (biasanya 1 s/d 2 sendok makan). Kemudian dikocok, bisa menggunakan pengocok telur pembuat adonan kue, mixer, lidi yang diikat, atau kalau di sekitar anda tak ada satupun dari pilihan tersebut, alternatif terakhir gunakanlah sendok atau garpu. Kocok sampai kental, biasanya sampai sekental adonan kue tar di dalam mixer.

Ambil saringan teh, masukkan teh bubuk ke dalam saringan tersebut (kalo pakai teh celup bisa tambah ribet). Letakkan saringan yang telah berisi teh bubuk, diatas gelas yang berisi telur yang telah dikocok tadi, Ambil air panas, kemudian masukkan ke dalam saringan teh. Hati-hati, perkirakan banyak airnya, jangan sampai buihnya meluap keluar gelas. Finishing touch-nya adalah ditambah beberapa tetes jeruk nipis untuk menghilangkan bau/rasa amis kuning telur tersebut, atau tambahkan sedikit susu kental manis, selesai.

Srup… srup… Selamat menikmati.

Rupanya ada ceritaku dengan minuman khas minang ini, masih teringat masa-masa di Jakarta dulu. Susah nian cari orang jualan teh talua, tak tersedia di kedai kopi, restoran bahkan rumah makan padang pun jarang yang menyediakan. Sudah putar-putar disekitar Menteng sampai Pasar Senen, tak juga ketemu. Akhirnya berakhir di Pasar Rumput, ya … untuk beli telur ayam kampung, teh, gula, dan jeruk nipis.

Wah … masih teringat ekspesi penasaran kawan-kawan di markas besar HMI Jl. Diponegoro nungguin aku selesai bikin minuman aneh ini (istilah mereka kala itu). La Ode Abdul (Kendari), Firman (Surabaya), Ali (Maluku) yang paling pertama mencoba teh talua buatanku kala itu. “Mantap, ternyata telur bisa langsung dijadiin minuman”, kata mereka. Bikinnya juga gak seribet yang dibayangkan, tak seperti Skotang atau Bandrek (sama-sama pake telor), karena di rumah pun kita bisa bikin sendiri.

Tidak hanya di PB HMI, teh talua buatanku ini pernah diputar di Markas HMI Cabang Ciputat, Jakarta Raya, dan Depok yang sempatku santroni. Ada yang langsung suka, juga ada awalnya bilang amis, setelah di coba baru bilang, “Kok bisa ya … bau amis telurnya, kemana? Mungkin udah diserap oleh pahitnya teh dan ditimpa aroma jeruk nipis, Luar Biasa, orang Minang memang jago dalam hal makanan”.

Setidaknya aku telah meninggalkan kesan buat kawan-kawan yang sempat bertemu dan berdiskusi malam bersama sambil nikmati teh talua, minimal mereka tak kan lupa dengan orang yang membuatnya, hehehe … Terima kasih ku ucapkan pada kawan-kawan yang telah bersedia menjemput, bahkan sampai mengajakku keliling-keliling kota mereka, pasti sangat merepotkan. Baru kusadari bahwa kala itu aku secara tak langsung sudah menjadi duta minuman Minangkabau. Tulisan ini sekalian bagi-bagi resep buat adik-adik yang akan pergi berjuang mengikuti intermediate training tingkat nasional, makanya harus banyak latihan bikin teh telur.

Minuman yang konon merupakan sajian wajib masyarakat Minang ketika sarapan dan dikala santai sore atau malam hari diyakini memiliki khasiat yang menyehatkan tubuh, meningkatkan vitalitas, tak ayal juga menjadi puding favorit di kalangan aktivis (orang yang aktif). Jadi apabila merasa badan kurang fit atau capek, maka solusi mudahnya adalah singgah di kedai kopi terdekat untuk memesan teh talua. Kalau masalahnya terlalu capek maka tak ada salahnya untuk minta dibuatkan “Susu Talua”, dengan catatan tak usah di-sorak-kan di depan orang ramai alias cukup dibisikkan saja. Kalo kedengeran maka semua mata akan merilik pada anda sambil bergumam dalam hati “Wah … duoble puding nich !!!”. (curhat pengalaman sendiri-red).

Mengutip pendapat ahli gizi, dalam memenuhi kebutuhan gizi, kita harus selalu memperhatikan asupan protein dan mineral. Senyawa polifenol yang ada pada teh dipercayai memberikan efek positif bagi kesehatan ternyata juga memberikan pengaruh yang sebaliknya pada jenis sumber gizi tertentu.

Senyawa polifenol mempunyai sifat reaktif dengan senyawa asam amino yang berasal dari protein. Reaksi antara polifenol (tanin) pada teh dengan asam amino dari protein pada telur akan membentuk kompleks yang sangat sukar dipisahkan. Kompleks ini dikenal dengan nama kompleks kelat. Ikatan kompleks ini sangat kuat sehingga mampu menyebabkan masalah terhadap metabolisme tubuh. Kompleks yang terbentuk ini tidak dapat diserap oleh dinding usus akibatnya protein dari makanan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Sedangkan antioksidan yang semula terdapat dalam minuman teh juga tidak dapat dimanfaatkan tubuh, hanya akan berakhir pada pembuangan.

Zat gizi yang ada pada telur memang akan tetap bisa dimanfaatkan tubuh tetapi jumlahnya telah dikurangi dengan gizi yang diikat oleh polifenol teh. Dan sisa tersebutlah yang akan memberikan pengaruh baik pada tubuh. Jika seandainya kita mengkonsumsi telur tidak beriringan dengan minuman teh maka gizi pada telur akan dapat kita manfaatkan seutuhnya.

Kalau kita mengharapkan ada manfaat maksimal dari telur yang kita makan, sebaiknya gantilah teh dengan kopi. Kopi telur akan memberikan manfaat besar pada tubuh karena kopi tidak mengandung senyawa polifenol seperti yang ada pada teh. Akan tetapi jika meminum teh telur untuk menikmati kelezatannya dan bersifat untuk kesenangan semata, tak ada salahnya minum teh telur, akan tetapi sebaiknya jangan setiap hari, dan lebih disarankan untuk memesan kopi talua atau susu talua yang menjadi favoritku.

Sore, 7 Juni 2010
RM Cahaya Surya
Nyerumput susu talua sampi nunggu hujan reda

GANK METEO


Gank, begitulah kami membahasakan sebuah kelompok dengan personil anggota di sebuah daerah territorial yang memiliki kesamaan presepsi sehingga berhasil membina hubungan hablum minnas di antara mereka. Kami sepakat menamakannya “Gank Meteo”. Kenapa Meteo ? Kebetulan karena kami tinggal di Komplek Meteorologi dimana orangtua kami bekerja. Aku gak tau persis kapan didirikan dan dibubarkannya gank ini. Gank ini muncul setelah diaklamasikannya sebuah gank sejenis di komplek PU yang berdekatan dengan tempat tinggal kami.

Berawal dari sebuah pertikaian teman sejawat yang kebetulan tetanggaku dengan anak dari komplek PU selepas pulang mengaji di masjid Nurul Falah. Pertikaian semakin melebar karena ada isu bahwa anak-anak PU akan mengadakan perhitungan (alias menyerang) komplek Meteo. Menyikapi hal itu, anak-anak meteo berkumpul untuk bersatu mengatisipasi ekspansi Gank PU. Terbentuklah Gank Meteo, dan uniknya, gank meteo tidak memiliki ketua dan struktur yang jelas, semua berkedudukan yang sama.
Yang terpikir pertama kala itu, kita harus memiliki markas sebagai tempat berkumpul dan konsolidasi. Menyiapkan senjata, berupa pedang kayu (terinspirasi dari pedang Satria Baja Hitam RX), Katapel, ranjau, dan lain-lain. Namanya anak-anak pertikaian kala itu tidaklah didominasi oleh adu fisik saja tapi lebih dominan saling ejek, saling ancam, atau bersaing memperbagus markas masing-masing.

Markas Gank Meteo kami pilih di samping rumah petak yang tidak berpenghuni dekat rumahku. Terbuat dari susunan triplek sisa milik bengkel Kade yang dicuri malam hari (karena setelah diminta dengan baik-baik mereka nggak mau ngasih). Kalau aku gambarkan seperti rumah gubuk di pinggiran kali Ciliwung Jakarta yang sering digusur Satpol PP di tv. Untuk masuk ke dalam markas harus hati-hati karena banyak perangkap yang dipasang. Salah satunya apabila salah langkah niscaya sebuah kotoran Jawi (sapi) akan mendarat di muka pendatang haram tersebut.

Dalam markas tertulis nama-nama personil gank lengkap dengan ke ahlian masing-masing seperti: si A (Penyusup), si B (Pengintai), si C (ahli strategi), dsb. Ada gudang senjata, gudang logistik, dan pustaka mini. Untuk menjadi personil gank butuh mendapat kesepakatan dari seluruh anggota gank meteo dan lulus tiga jenis test dengan predikat baik. Hal ini akan berlaku pada anak baru pindah di sekitar komplek kami tinggal. Test yang berat, beruntung aku termasuk pendiri gank sehingga tak perlu menjalaninya.
Test pertama adalah uji keberanian yakni mengintari pinggir gudang pupuk sebelum sholat Magrib.

Gudang pupuk yang berukuran panjang kurang lebih 200 meter dengan lebar 100 meter yang berada depan komplek kami. Gudang tersebut terbuat dari kayu yang berpondasi beton. Dinding gudang agak menjorok ke dalam sehingga kita bisa berjalan mengintari gudang di atas pondasi gudang yang tingginya 2 meter dari permukaan tanah. Bagian depan gudang sangat bersih, tapi pada bagian samping kanan, kiri dan belakang dikelilingi hutan rawa Parak Bobo. Kelihatannya gampang, tapi aku pun melakukannya di siang hari tidak berani kalau sendirian. Beberapa kali kami survey secara bersama-sama, kita bisa melihat orang hutan dan kera bergelatungan di atas pohon, bahkan pernah juga melihat ular besar sedang di bobok di atas batang kayu di belakang gudang pupuk. Kalau tidak hati-hati kita bisa jatuh ke bawah rawa, dan kalau jatuh merupakan hal mustahil untuk naik ke pinggir gudang karena tingginya 2 meter. Jadi harus fokus, berjalan harus menyandar ke dinding gudang, dan dengan gaya jalan menyamping, sampai di ujung baju bagian belakang bisa hitam akibat debu yang menempel pada dinding kayu gudang.

Apabila berhasil pada test pertama baru bisa lanjut ke test kedua. Test kedua adalah tidur di ujung landasan Bandara Tabing saat pesawat turun. Kebetulan ujung landasan Bandara Tabing tepat sejajar di belakang tempat tinggalku (tepatnya di belakang komplek PU). Dulu sekeliling bandara belum dipagar seperti sekarang. Jadi ujung aspal landasan Bandara Tabing menjadi area main favorit anak-anak Linggarjati. Apalagi saat film kartun Yonkuro booming di TVRI, semua anak merengek minta dibelikan mobilan berbaterai pada orang tua masing-masing yang harganya cukup mahal kala itu. Hampir tiap sabtu-minggu sore diadakan pacu mobil di ujung aspal Bandara Tabing.

Sebenarnya hal ini sangat dilarang, tetapi mau gimana lagi, kita tak akan bisa menemukan aspal nomor wahid seperti Bandara Tabing yang sangat cocok dijadikan track pacu mobil-mobilan Yonkuro. Walau berkali-kali dikejar satpam bandara, anak-anak tidak pernah jera, mungkin karena tak satupun anak yang tertangkap tangan oleh mereka. Bagaimana bisa tertangkap, pak satpam tersebut ngejarnya dengan sepeda di pinggir landasan yang berjarak 1,5 km dari ujung landasan tepat kami main. Bisanya kami tunggu sampai separuh jalan (kira-kira sejajar dengan Asrama Haji) baru kami membubarkan diri sambil mengejek pak satpam bandara agar lebih semangat mengayuh sepedanya. Hal ini terjadi berkali-kali sampai satpam bandara pun kapok sehingga membiarkan kami main di sekitar ujung landasan.
Pernah suatu sore kami ketangkap basah oleh si Satpam. Sebenarnya bukan tertangkap, tetapi kala kami masuk ke area bandara ternyata sudah di tunggu oleh dua orang satpam tepat di ujung landasan. Karena kaget melihat mereka ada di sana, kami langsung balik kiri untuk kabur. Mereka langsung teriak agar kami tidak pergi, mereka minta waktu untuk ngomong dengan kami. Setelah rapat kecil dengan teman-teman, kami sepakat secara bersama-sama menemui pak satpam tesebut di ujung landasan.
Berikut poin-poin MoU perwakilan anak-anak Linggarjati dengan pihak Bandara Tabing yang diwakili oleh Satpam :

1. Tidak terlalu sering bermain di area landasan bandara karena itu “Sangat Berbahaya” (maksimum 2 kali seminggu).
2. Kalaupun bermain hanya boleh di bagian ujung landasan, dengan catatan apabila lampu peringatan telah berwarna kuning segera meninggalkan area landasan untuk sesaat. Pada pinggir landasan menancap tiga buah trafick light seperti di jalan raya, tapi dengan posisi tidur dengan terjemahan :
• Lampu Hijau : Tidak ada rencana akan ada pesawat yang akan terbang maupun turun.
• Lampu Kuning : Lebih kurang 10 menit lagi akan ada pesawat yang akan menggunakan landasan.
• Lampu Merah : Lihat kanan-kiri anda, pasti ada penampakan pesawat terbang yang siap memekakkan telinga anda.
3. Butuh kerjasama yang baik antar kedua belah pihak sehingga tidak ada satu pihak pun yang dirugikan.

Aduh, ngalor ngidul ke mana ini cerita. Mari kita kembali pada persoalan test kedua, yang kelihatannya tidak sesulit test pertama. Hanya dengan tidur di tengah landasan pacu bandara tabing, tentu pada bagian ujung. Selain test keberanian dan nyali sekaligus test ketahanan indera pendengaran masing-masing. Oleh karena itu, peserta test diperbolehkan untuk menutup kedua telinga tapi tidak boleh menutup mata. Kalau menutup mata berarti didiskualifikasi. Mungkin di atas sana Bapak Pilot Maskapai Penerbangan Garuda, Mandala, atau Merpati hanya bisa geleng kepala melihat apa yang kami kerjakan. Hal ini sangat terbantu berkat kehadiran trafick light di atas. Lampu kuning berarti siap-siap, dan lampu merah is time to action.

Kalau berhasil, maju ke tahap terakhir yakni menyusup ke markas lawan sekaligus uji loyalitas terhadap gank. Test terakhir ini tidak dilakukan sendiri, tapi dilakukan secara bersama dengan perencanaan yang matang oleh gank meteo. Kontestan tinggal mengikuti instruksi yang kami berikan kalau ingin selamat dalam misi ini, karena hal ini sangat beresiko tinggi. Apabila gagal atau ketahuan bisa berakibat meletusnya perang antar gank. Indikator keberhasilan penyusupan adalah peserta test berhasil menerobos masuk ke dalam markas lawan, melumpuhkan ranjau-ranjau mereka, mencatat inventaris senjata dan perlengkapan, statistik perkembangan anggota mereka serta berhasil keluar dari markas mereka tanpa ketahuan dan meninggalkan jejak sedikitpun. Pengalaman penyusupan sebelumnya sangat membantu dalam pengerjaan misi ini.

Waktu yang paling tepat adalah sore sehabis belajar mengaji di Mesjid Nurul Falah jelang sholat asyar bersama. Penyusup diupayakan lebih dahulu mangkir dari mesjid setelah mendapat aba-aba dari kami. Sebelum action perlu dicek kehadiran personil lawan apakah semua hadir di masjid atau tidak. Kalau ada yang bolos, berarti rencana ditunda karena ada kemungkinan mereka sengaja cabut mengaji dan 80 % pasti berada di markas mereka. Perlu menjadi catatan, misi penyusupan tidak untuk merusak markas lawan, tapi mengumpulkan data terbaru perkembangan gank lawan, sehingga apabila meletus perang antar gank tentu kami lebih mudah melumpuhkan serta menghancurkan markas mereka.

Kalau kontestan berhasil melaksanakan rangkaian test di atas biasanya bisa langsung dinobatkan sebagai anggota gank meteo yang baru. Apabila terjadi sedikit kegagalan biasanya perlu diputuskan di rapat internal personil gank. Biasanya banyak yang gagal pada test pertama, kalaupun berhasil biasanya dengan sedikit kencing di celana waktu mengintari gudang pupuk.

Sekarang baru aku sadar bahwa dari kecil aku telah belajar bagaimana membentuk sebuah organisasi, membuat aturan main, punya mekanisme yang jelas dalam penetapan anggota, membuat rencana-rencana kecil secara bersama. Sekarang semua itu telah punah dan tercerabut dari kampung kami tercinta Linggarjati Tabing Padang. Tak terdengar lagi keceriaan bocah-bocah kecil main sepak tekong, taok gambar, potok lele, adu kelerang, sampai perang antar gank di jalanan kampung kami. Kemana mereka? Apa mereka keseharian mereka dihabiskan dengan belajar, bobok siang, nonton tv, atau sibuk main PS/game komputer?

Demikianlah sedikit catatan dari banyak kenakalan-kenalalan masa kecilku. Terima kasih buat kawan-kawan kecilku, mungkin tanpa kamu semua hal ini hanyalah khayalan semata. Wah . . . sudah pada sukses semua, kapan kita bisa ngumpul bareng lagi . . . ya?

Catatan : Mohon maaf cerita di atas sedikit dibumbui agar lebih menarik bagi pembaca. Bagian mana yang dibumbui? Tentu hanya anak-anak komplek meteo yang mengetahuinya, He … He …

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI KAWAN-KAWAN

23 September 2009, jam: 18:47

Ragu-ragu

Dalam pengembaraan hidup ini, hampir semua orang pernah dihadapkan dalam sebuah keraguan-raguan. Dimana situasi yang meminta kita untuk mengambil sebuah keputusan dan siap menerima efek positif maupun negatif yang akan timbul dari pengambilan keputusan tersebut. Kebingungan untuk melakukan pilihan, membuat keputusan, dan kegamangan melangkah merupakan kondisi yang wajar kita alami.

Mengapa demikian ? Mau bukti? coba saja menyapa manusia yang ada di sekitar kawan-kawan. Lakukan komunikasi tentang apa saja dengannya barang 30 menit. Sebagian besar manusia yang akan kawan-kawan temui lebih mudah menyebutkan kesulitan yang sedang dihadapinya, dan sangat jarang akan menemui orang yang yakin akan dirinya akan punya peluang dan kesempatan bagus ke depan. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar neraca timbangan pikiran mereka lebih berat ke bandul kesulitan dan kegagalan. Mungkin inilah akar dari sikap ragu-ragu.

Saya pribadi pun sebenarnya sama saja. Mungkin dalam setiap kesempatan komunikasi dengan kawan-kawan lebih banyak mengeluhkan kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam kehidupan ini. Berapa pun buku motifasi yang berhasil dilalap., ikut training AMT atau ESQ sekalipun, bahkan ribuan kali konsultasi atau minta nasehat dengan pakar psikologi tidak akan berarti apa-apa. Tidak juga berhasil membawa progress sedikitpun dalam hidup ini karena kita semua masih kuatir keluar dari zona nyaman (comfort zone) yang ada saat ini. Atau mungkin kita terlalu banyak mengkonsumsi SAUS PASTA Merk Ragu kali ya . . . !!! (Just Kiding).Menurut pakar kejiwaan “Keyakinan, intuisi, akal sehat, data dan informasi adalah modal penting dalam setiap mengambil keputusan”. Contoh sederhananya misalnya, tidak mentransfer uang Anda saat mendapat hadiah dari pihak yang tidak jelas, tidak menerima lamaran nikah dari orang yang seminggu kita kenal, tidak menerima deal bisnis yang menggiurkan bunganya jauh di atas bunga bank normal, tidak menerima kerjasama bisnis dari mitra yang model dan sistem bisnisnya kita tidak punya data sebelumnya. Tidak resign dari kantor lama Anda sebelum yakin keunggulan kompetensi kita di pasar, atau belum punya rencana bisnis pribadi yang akan dijalankan. Memang perlu kalkulasi yang cermat dan matang, namun ini bukanlah dimaknai sebagai penghambat untuk maju hanya sebagai langkah antisipasi saja.

Bukankah setiap manusia yang dianugerahi Allah SWT dengan kemampuan luar biasa untuk antisipasi, adaptif dan kemampuan bertahan dalam setiap kesulitan yang mendera. Mengapa kita masih sering merasa ragu-ragu? Sebenarnya ada mekanisme luar biasa dalam diri kita masing-masing, yakni dengan dengan mengkolaborasikan PIKIRAN, HATI, dan KEYAKINAN pada Sang Pencipta untuk menghadapi setiap masalah yang merapat. Apabila hal ini berhasil, akan timbul sebuah kekuatan dalam diri yang menelurkan sebuah KEBERANIAN dalam mengambil keputusan-keputusan penting unuk keluar dari kesulitan atau hambatan-hambatan yang menghalang.

Bukankah jauh lebih baik bergerak daripada diam ditempat alias stagnan!

Terakhir, belumlah nyaman dalam kehidupan bersama ini kita dikelilingi oleh orang yang diliputi dengan keragu-raguan dalam hidupnya? Akan bertambah parah lagi jika diri sendiri juga termasuk golongan yang demikian. Hanya akan menyiksa bathin dan perasaan orang-orang di sekitar dirimu. Bayangkan kalau kita merupakan kaum yang peragu.

Mungkin . . . !!!

Dikoreksi. . .

Pasti kaum ini tidak akan lama bertahan di atas bumi ini dan pasti punah diterjang tsunami keberanian . . . ya nggak ?

02 September 2009 jam: 21:38 WIB