Kamis, 04 November 2010

“Teh Talua, Kopi Talua, atau Susu Talua”

Teh Talua, dari unsur katanya sudah jelas mengisyaratkan kontennya berupa perpaduan antara teh dengan talua (telur) yang merupakan salah satu minuman favorit para lelaki di Minangkabau. Disini, teh talua bisa dengan mudah didapatkan seperti di warung kopi, rumah makan, bahkan juga disajikan di kafe dan restoran. Mengapa menjadi minuman favorit? Mungkin karena diyakini berkhasiat menambah vitalitas dan rasanya juga enak.

Cara membuatnya tidaklah serumit yang dibayangkan. Siapkan satu butir telur ayam kampung (bukan telur ayam buras), ambil kuning telurnya saja, lalu taruh dalam gelas. Tambahkan gula pasir sesuai selera (biasanya 1 s/d 2 sendok makan). Kemudian dikocok, bisa menggunakan pengocok telur pembuat adonan kue, mixer, lidi yang diikat, atau kalau di sekitar anda tak ada satupun dari pilihan tersebut, alternatif terakhir gunakanlah sendok atau garpu. Kocok sampai kental, biasanya sampai sekental adonan kue tar di dalam mixer.

Ambil saringan teh, masukkan teh bubuk ke dalam saringan tersebut (kalo pakai teh celup bisa tambah ribet). Letakkan saringan yang telah berisi teh bubuk, diatas gelas yang berisi telur yang telah dikocok tadi, Ambil air panas, kemudian masukkan ke dalam saringan teh. Hati-hati, perkirakan banyak airnya, jangan sampai buihnya meluap keluar gelas. Finishing touch-nya adalah ditambah beberapa tetes jeruk nipis untuk menghilangkan bau/rasa amis kuning telur tersebut, atau tambahkan sedikit susu kental manis, selesai.

Srup… srup… Selamat menikmati.

Rupanya ada ceritaku dengan minuman khas minang ini, masih teringat masa-masa di Jakarta dulu. Susah nian cari orang jualan teh talua, tak tersedia di kedai kopi, restoran bahkan rumah makan padang pun jarang yang menyediakan. Sudah putar-putar disekitar Menteng sampai Pasar Senen, tak juga ketemu. Akhirnya berakhir di Pasar Rumput, ya … untuk beli telur ayam kampung, teh, gula, dan jeruk nipis.

Wah … masih teringat ekspesi penasaran kawan-kawan di markas besar HMI Jl. Diponegoro nungguin aku selesai bikin minuman aneh ini (istilah mereka kala itu). La Ode Abdul (Kendari), Firman (Surabaya), Ali (Maluku) yang paling pertama mencoba teh talua buatanku kala itu. “Mantap, ternyata telur bisa langsung dijadiin minuman”, kata mereka. Bikinnya juga gak seribet yang dibayangkan, tak seperti Skotang atau Bandrek (sama-sama pake telor), karena di rumah pun kita bisa bikin sendiri.

Tidak hanya di PB HMI, teh talua buatanku ini pernah diputar di Markas HMI Cabang Ciputat, Jakarta Raya, dan Depok yang sempatku santroni. Ada yang langsung suka, juga ada awalnya bilang amis, setelah di coba baru bilang, “Kok bisa ya … bau amis telurnya, kemana? Mungkin udah diserap oleh pahitnya teh dan ditimpa aroma jeruk nipis, Luar Biasa, orang Minang memang jago dalam hal makanan”.

Setidaknya aku telah meninggalkan kesan buat kawan-kawan yang sempat bertemu dan berdiskusi malam bersama sambil nikmati teh talua, minimal mereka tak kan lupa dengan orang yang membuatnya, hehehe … Terima kasih ku ucapkan pada kawan-kawan yang telah bersedia menjemput, bahkan sampai mengajakku keliling-keliling kota mereka, pasti sangat merepotkan. Baru kusadari bahwa kala itu aku secara tak langsung sudah menjadi duta minuman Minangkabau. Tulisan ini sekalian bagi-bagi resep buat adik-adik yang akan pergi berjuang mengikuti intermediate training tingkat nasional, makanya harus banyak latihan bikin teh telur.

Minuman yang konon merupakan sajian wajib masyarakat Minang ketika sarapan dan dikala santai sore atau malam hari diyakini memiliki khasiat yang menyehatkan tubuh, meningkatkan vitalitas, tak ayal juga menjadi puding favorit di kalangan aktivis (orang yang aktif). Jadi apabila merasa badan kurang fit atau capek, maka solusi mudahnya adalah singgah di kedai kopi terdekat untuk memesan teh talua. Kalau masalahnya terlalu capek maka tak ada salahnya untuk minta dibuatkan “Susu Talua”, dengan catatan tak usah di-sorak-kan di depan orang ramai alias cukup dibisikkan saja. Kalo kedengeran maka semua mata akan merilik pada anda sambil bergumam dalam hati “Wah … duoble puding nich !!!”. (curhat pengalaman sendiri-red).

Mengutip pendapat ahli gizi, dalam memenuhi kebutuhan gizi, kita harus selalu memperhatikan asupan protein dan mineral. Senyawa polifenol yang ada pada teh dipercayai memberikan efek positif bagi kesehatan ternyata juga memberikan pengaruh yang sebaliknya pada jenis sumber gizi tertentu.

Senyawa polifenol mempunyai sifat reaktif dengan senyawa asam amino yang berasal dari protein. Reaksi antara polifenol (tanin) pada teh dengan asam amino dari protein pada telur akan membentuk kompleks yang sangat sukar dipisahkan. Kompleks ini dikenal dengan nama kompleks kelat. Ikatan kompleks ini sangat kuat sehingga mampu menyebabkan masalah terhadap metabolisme tubuh. Kompleks yang terbentuk ini tidak dapat diserap oleh dinding usus akibatnya protein dari makanan tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Sedangkan antioksidan yang semula terdapat dalam minuman teh juga tidak dapat dimanfaatkan tubuh, hanya akan berakhir pada pembuangan.

Zat gizi yang ada pada telur memang akan tetap bisa dimanfaatkan tubuh tetapi jumlahnya telah dikurangi dengan gizi yang diikat oleh polifenol teh. Dan sisa tersebutlah yang akan memberikan pengaruh baik pada tubuh. Jika seandainya kita mengkonsumsi telur tidak beriringan dengan minuman teh maka gizi pada telur akan dapat kita manfaatkan seutuhnya.

Kalau kita mengharapkan ada manfaat maksimal dari telur yang kita makan, sebaiknya gantilah teh dengan kopi. Kopi telur akan memberikan manfaat besar pada tubuh karena kopi tidak mengandung senyawa polifenol seperti yang ada pada teh. Akan tetapi jika meminum teh telur untuk menikmati kelezatannya dan bersifat untuk kesenangan semata, tak ada salahnya minum teh telur, akan tetapi sebaiknya jangan setiap hari, dan lebih disarankan untuk memesan kopi talua atau susu talua yang menjadi favoritku.

Sore, 7 Juni 2010
RM Cahaya Surya
Nyerumput susu talua sampi nunggu hujan reda

Tidak ada komentar: