Jumat, 28 Desember 2007

Ramalan Gempa, Apa Mungkin?

Tentunya sudah mendengar berita banjir, longsor, gempa, pasang naik, dll dalam minggu-minggu terakhir tahun 2007. Kenapa sih upacara tutup tahun selalu pakai bencana? Bencana di atas harus bisa dipilah dan dipilih untuk diketahui apa penyebabnya. Tidak semua bencana banjir yang terjadi misalnya disebabkan oleh perubahan alamiah, dan tidak semua bencana disebabkan oleh manusia. Kombinasi keduanya selalu saja ada dan saling terkait.

Tetapi informasi yang beredar ditengah masyarakat sangat beragam tentang persoalan penyebab dan proses terjadinya bencana. Mulai informasi hasil riset beneran dalam kaca mata ilmu pengetahuan sampai hasil riset tidak benaran alias isu yang sengaja dibuat untuk memperpanik keadaan. Alangkah bodoh dan naifnya kita mempercayai omongan gak berdasar yang berasal dari mulut-mulut kotor yang tidak bertanggungjawab seperti isi ramalan Profesor gadungan asal Brazilia.

Persoalan Gempa

Ketika berbicara soal gempa bumi perlu diketahui dua hal yang berpengaruh yaitu penumpukan tenaga dan trigger atau pemicu atau boleh juga dibilang pemantik.

Dalam sebuah mekanisme pelepasan energi peluru pistol, tentunya kita tahu adanya energi yang menggerakkan biji peluru yang cukup besar, namun kita juga tahu adanya pemicu. Yang energi kecil … bahkan hanya dengan satu jari Lara Croft klik, maka akan terlepaslah peluru meninggalkan selongsong DOR !! Tentunya kita tahu bahwa yang menyebabkan larinya timah peluru tadi bukanlah jari lentik si Lara Croft, kan ?

Gempa bisa juga mirip seperti itu ada penumpukan tenaga yang apabila melampaui batas kemampuan penahannya maka energi yang sangat besar itu terlepaskan. Mirip dengan pemicu dalam sebuah senapan, maka ketika penumpukan tenaga itu melampaui titik kritisnya terjadilah pelepasan tenaga.


Kalau digambarkan secara mudah maka ketika kekuatan maksimum dilampaui oleh penahan, terlepaslah tenaga yang terkumpul.



Jadi ada dua mekanisme, yaitu mekanisme pengumpulan dan mekanisme pelepasan. Keduanya seperti pistol diatas. Kedua mekanisme ini tidak begitu saja terpisah tentunya.

Memang betul kekuatan penahan itu ada batasnya. Namun selain ada batasnya juga memiliki rentang variasi. Variasi ini sangat kecil tentu saja. Dan salah satunya adalah gaya gravitasi.
Kita tahu bahwa gravitasi di bumi sangat dipengaruhi oleh peredaran benda langit, salah satu diantaranya adalah bulan. Bulan merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya beban.















Secara grafis dapat digambarkan seeperti di sebelah ini. Pada saat penumpukan tenaga, maka pegas tertahan oleh gerigi-gerigi yang berfungsiu sebagai penahan. Pada saat kondisi tanpa adanya pengaruh dari luar tentusaja pegas akan tertahan oleh beban massa batuan diatasnya.

Namun ketika ada benda lain yang memiliki gaya gravitasi, dalam hal ini bulan. Maka massa tersebut akan sedikit berkurang sehingga pelepasan tenaga tejadi. Dengan demikian fungsi bulan, bukanlan sebagai pengatur besar kecilnya tenaga yang terkumpul, namun bulan hanya mempengaruhi fungsi trigger dari terlepasnya energi.

Bandingkan dengan mekanisme terbentuknya gempa dan tsunami disebelahnya ini. Yang digambarkan secara grafis itu hanya mewakili ujung ditempat dimana getaran atau dilokasi itu akan terjadi.


Efek Bulan pada Gempa Masih berbau Mitos

Diskusi tentang pengaruh bulan terhadap kejadian gempa sebenarnya sudah lama. Yang saya tulis sebelumnya bukanlah yang pertama tentusaja. Dalam tulisan saya juga saya sitir beberapa penelitian “ilmiah“nya, masih statistical, yang bermakna korelasional, bukan kausal.

Korelasional itu maknanya mirip hanya kebetulan, kausal itu sebab akibat.USGS memang belum menaruh perhatian khusus tentang hal ini. Mungkin disebabkan karena evidence selama ini hanyala statistikal tadi, dan bukan penelitian fisis (scientific physics). Maksudnya belum ada sebuah penelitian dengan menggunakan alat pengukuran dengan perhitungan parameter dengan memanfaatkan mathematical relations. Sehingga seolah-olah kejadian gempa sehubungan dengan peredaran bulan hanyalah sebuah kejadian yang “kebetulan” saja.

Gelombang EM (Electro-Magnetic) Masih Menjadi Misteri

Ada sebuah penelitian lucu yang mungkin juga hanya kebetulan juga yaitu, di Sanfrancisco, California. Disana diketemukan hubungan aneh ketika akan terjadi gempa sering ditandai dengan meningkatnya jumlah laporan kehilangan anjing dan kucing. Kisah anjing hilang ini sempat menjadi “mitos” yang berkepanjangan disana. Walaupun mungkin saja secara intuitif bisa saja kita bilang adanya perubahan gelombang EM yang mempengaruhi orientasi kucing dan anjing. Lah wong memang kenyataan saat ini penelitian gelombang EM untuk prediksi gempa juga marak, bahkan mengukur gelombang EM lewat satelit yang khusus diluncurkan khusus untuk riset ini. Tapi masak sih kita nanya sama Gembul kalau akan ada gempa ?

Banyak film-film Sci-Fi (science fiction/fiksi ilmiah) yang menggunakan kemunculan gangguan EM sebagai salah satu clue (petunjuk) ketika akan muncul bencana alam. Kesan mistis dengan gelombang EM selalu saja akan ada, bahkan akhirnya akan menjalar sebagai “mitos” dan seringkali justru meresahkan, karena tidak didukung penelitian yang menghasilkan keputusan yang tidak bias (unbiassed conclusions). Walaupun tidak dapat dikatakan 100% salah total. Tetapi ketika ada sebuah berita yang kadang ada benarnya dan banyak salahnya ini, kita harus mampu membacanya dengan proporsional. Jangan trus buru-buru karena ada angkanya dan rumus serta grafiknya maka disebut sebagai penelitian ilmiah.

Sekali lagi, bahwa banyak kejadian yang saat ini masih bersifat statistikal (kebetulan) yang belum dikaji secara ilmiah saintifik. Maksudnya saintifik itu menggunakan alat ukur sehingga dapat dibaca tanpa adanya prejudice, tanpa kekhawatiran ataupun harapan, tidak bias pemikiran dsb. Penelitian EM untuk tujuan prediksi gempa itu sendiri sudah menunjukkan beberapa kemajuan. Hanya saja masih banyak yang menggunakannya sebagai “riset“, belum bisa dikatakan applied. Artinya para ahlinya sendiri masih menganggap bahwa penggunaan EM masih belum teruji secara ilmiah.

Efek Gravitasi Bulan masih Bersifat Dugaan

Demikian juga dengan penelitian efek gravitasi akibat peredaran bulan dengan trigger gempa. Walaupun saya menuliskannya bulan sebagai sebuah “pemicu” gempa, menurut para ahli gejala gempa yang muncul bersamaan dengan posisi peredaran bulan belum bisa dikatakan sebagai sebuah prediksi ilmiah (yg dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah). Namun begitu, ga ada salahnya untuk mengantisipasi. Kita sendiri dapat menyadari bahwa ‘science‘ selalu “datang terlambat” tetapi saya tetap tidak akan meninggalkan penelitian saintific ini karena lebih mudah dikontrol dan dikembangkan serta dapat dipertanggung-jawabkan, tidak seperti cerita mistis dan mitos yang membawa kita bias dan terjerumus ke arah kemusyrikan.

Gempa Tidak Bisa Diramal

Dari berbagai informasi di atas, dapat kita ambil sebuah pemahaman bahwa gempa sampai detik ini tidak bisa diramal waktu datangnya, walaupun menggunakan alat tercanggih yang dimiliki oleh manusia. Tetapi para ahli/ peneliti tetap mencoba menelurusuri berbagai korelasi perubahan fenomena alam dengan bergesernya lempeng-lempeng kulit bumi. Jadi persoalan kapan datangnya gempa, dimana lokasinya, serta apakah gempa ini berpetensi tsunami atau tidak? Itu adalah urusan Allah SWT. Supaya Allah SWT tidak mendatangkan azab dan bencana ini kepada kita semua maka satu-satunya cara adalah memperdekat diri kepada-Nya, melaksanakan semua perintahnya plus meninggalkan semua larangannya, selesai. . .

"Kun Fa Yakun" (Kalau Allah berkehendak maka terjadilah)

(Anak Elektro Bicara Tentang Gempa Coy !!! He He . . .)

Tidak ada komentar: