Rabu, 26 Agustus 2009
Senin, 22 Juni 2009
Cuih . . ., Hanya Uang Receh
Si anak tadi bilang pada bapaknya bahwa uangnya jatuh dan mengelinding ke arah sana sambil menunjuk lokasi berhenti uang logam tadi.
Jawaban yang menarik ku dengar saat ia mulai men-starter sepeda motornya setelah menyelesaikan transaksi dengan petugas SPBU.
”Udah, biarin aja. hanya uang receh yang nggak berarti, ntar papa ganti dengan yang baru”, jawabnya ketus.
”Tapi Pa, biar aku turun tuk memungutnya lagi . . .”
”Jangan bikin Papa marah . . .”, sepeda motor itu beranjak dari hadapanku.
”Bara liter diak?”, tanya petugas POM Bensin mengagetkanku.
”500 eh 10.000, Da maksuiknyo”, jawabku kikuk akibat termagu melihat drama sosial barusan.
Setelah ngisi Bensin, aku berhenti di dekat mendaratnya uang receh tadi. Kupungut uang tersebut, kutaruh di saku depan motor Beat-ku, sambil berkata dalam hati ”suatu saat dikau akan bermanfaat bagi seseorang wahai pitih logam 500 yang telah disia-siakan oleh yang mpunya”. melanjutkan perjalan pulang.
Selama perjalan pulang yang hanya tinggal beberapa ratusan meter lagi. Pikiran ini sepertinya dihatui uang receh 500-an ini (kepikiran trus maksudnya). Mungkin akibat statment atau pengajaran negatif si bapak tadi pada anaknya bahwa uang receh itu tak ada artinya. Apa susahnya berhenti sejenak untuk memungut uang tersebut, walaupun bernominal kecil.
Sampai di rumah, iseng-iseng aku mencoba menganalisa manfaat serta kekuatan dari uang receh 500 rupiah tadi, sebagai berikut:
1. Belum bisa dirimu mengakui bahwa memiliki uang sebesar 1 juta rupiah apabila kenyataanya setelah dikumpulkan hanya Rp. 999.500 (alias kurang 500 perak lagi bos)
2. Tanpa adanya uang receh nominal 500 rupiah, tak akan bisa membeli satu buah wafer coklat gery salut di Kedai dekat rumah tanpa kredit (ngutang dulu) atau debet (kelebihan/ kembaliannya tolong disimpan dulu untuk jajan berikutnya).
3. Seandainya mendadak ada saudara atau temanmu dirawat di RS M. Djamil, pengen bezuk ke sana, sampai di gerbang masuk, tentu harus bayar karcis masuk Rp. 500,-, setelah cek en ricek saku celana dan dompet yang ada cuma uang gede pecahan 100 ribuan, mungkin saat itu anda akan mendambakan kehadiran uang receh Rp. 500.
4. Kalau seandainya 4.800.000 jiwa warga Sumatera Barat sepakat serentak melemparkan uang 500 rupiah ke halaman kantor Gubernur Sumatera Barat, mungkin dengan uang 2,4 milyar rupiah yang terkumpul ini bisa membangun sebuah panti sosial yang layak huni, sehingga tak ada lagi gelandangan yang berkeliaran di jalanan kota, ya nggak?
5. Uang logam Rp. 500 juga bermanfaat untuk alat kerokan apabila anda merasa kemasukan angin, bukan kemasukan setan ya . . .
6. Selain itu juga sangat berguna saat naik bus kota, udah diteriakin pinggir, eh . . . ngak mau berhenti. Solusi cepat segera ambil uang logam Rp. 500-an, pukulkan segera ke kaca bus, niscaya itu bus langsung banting stir ke kiri, mudah-mudahan anda tak terlalu jauh kelewatan.
7. Dan kekuatan dan manfaat lain yang tak bisa disebutkan semuanya.
Kedepan, aku akan menghargai uang walaupun hanya uang receh, coba bayangkan kalau uang receh bertemu dengan uang receh, kalau sudah cukup sekarung sudah sama nominalnya dengan gajiku 2-3 tahun lho (perkiraan kasar aja). Jadi jangan anggap remeh yang kecil-kecil, karena tanpa keberadanya tentu yang besar juga tak bernilai (karena nggak punya pembanding). Hidup ini baru akan lengkap apabila ada keragaman dengan saling harga menghargai di dalamnya.
Coin a Power and Coin a chance, Go !!! (21 Juni ’09)
LUPA NAMA SEORANG TEMAN LAMA
Dalam kehidupan ini, banyak hal yang teringat dan terlupakan. Dulu nomor hape seorang sahabat dekat begitu lancar diucapkan apabila ada yang bertanya kepadaku. Tapi di kemudian hari, ketika aku butuh cepat menelpon beliau tarpaksa merudak-rudak phone book hape terlebih dahulu. Mungkin karena sudah jarang berkomunikasi akibat perbedaan jarak pengabdian atau karena kesibukan masing-masing.
Akhir-akhir ini aku sering merasa malu, karena lupa dengan nama seorang teman ketika tak sengaja bertemu? Mungkin disebabkan sudah lama tidak bertemu, atau selama persekawanan, yang bersangkutan berada di lintasan atau ring kesekian alias tak punya pengalaman menarik bersama. Apalagi seperti diriku yang cukup terkenal ini (GeEr MUTE ON).
Berkali-kali otak ini diintruksikan melakukan search by any or all of the criteria below, tetap hasilnya : search is complete, the are no results to display (dikutip dari statment mesin pencari windows).
Jadi, mau gimana lagi? Tentu aku nggak mau ngaku terus terang apa adanya. Apalagi aku orang minang, lebih suka menyampaikan sesuatu dengan kiasan yang halus atau dengan sedikit basa-basi.
”Sorry sanak, bilo kito kenal atau sobok tu?”
Sah-sah saja kalimat di atas diungkapkan pada seorang teman yang tiba-tiba muncul di depan hidungmu. Tetapi ada dua kemungkinan yang akan terjadi pasca itu.
Pertama, yang bersangkutan memaafkan kelupaan mu dan memberikan bantuan ingatan, sehingga ketahuan juga pada lintasan waktu mana kita pernah bertemu. Kedua, bisa sebaliknya, yang bersangkutan menjadi tersinggung sehingga menghentikan pembicaraan dengan balik kiri graaak pergi meninggalkan dirimu. Biasanya kemungkinan kedua ini sering terjadi pada teman yang berjenis kelamin perempuan, aneh ya ?
Tapi diriku tidaklah seperti itu, karena keterusterangan itu batampek-tampek. Apabila diriku menghadapi kondisi demikian, sikap pertama yang harus dilakukan adalah memasang tampang bersahabat (tersenyum atau beri perhatian sewajarnya), ya . . . layaknya seperti bertemu seorang sahabat karib.
Langkah selanjutnya kawan-kawan bisa memilih trik-trik di bawah ini:
1. Ketika bertemu dengan mysterious person in your mind, lihat sisi kanan atau kiri anda. Kalau anda tidak sendiri alias berbarengan dengan teman atau beberapa orang teman lain, trik yang paling tepat anda lakukan adalah:
” Oii . . . Chalid . . . Lamo kito dak basuo !”
” Eh . . . Iyo, kama se salamo ko? Kenalkan kawan ambo !”
So pasti otomatis dia akan menyebutkan namanya, dan misteri pun terpecahkan dengan mudah.
2. Bagaimana kalau kondisinya lagi sendirian? Nggak usah bingung, cara paling mudah yakni menggunakan kata sapaan/ kata ganti orang yang sesuai. Kata sapaan yang akan digunakan sangat tergantung pada usia, jenis kelamin yang bersangkutan, atau pertimbangan-pertimbangan lain.
Beikut kamus sapaanku :
- Sanak / Sodara/ Bro = untuk teman seusia, bisa teman sekolah, kuliah, atau organisasi dulu.
- Adinda/ Dinda = untuk teman perempuan yang rasanya lebih muda seperti adik-adik Kohati (kader HMI-wati) atau junior waktu kuliah.
- Kakanda/ Bang/ Uda = untuk yang lebih tua sedikit usianya dariku.
- Bapak/ Ibu = untuk yang lebih tua lagi umurnya dari ku alias se-leting dengan orang tuaku.
- Mamak/ Bundo/ Mintuo = kata sapaan khusus yang aku gunakan apabila bertemu dengan teman-teman se-profesi di kantor (apabila lupa atau tak tahu nama jalasnya). Cukup berhasil, karena setiap menggunakan kata sapaan di atas, mereka rata-rata membalas dengan senyuman bahkan beberapa menganggap hal tersebut serius (mau ngikat diriku jadi mantunya).
Walaupun kelihatannya mudah, hal ini butuh kecepatan berfikir terutama dalam pengklasifikasian orang, karena sedikit kesalahan saja, bisa bikin kening si misterius guy berkerut lho.
3. Trik lain yang agak lumayan modern, yakni pura-pura minta nomor HP-nya.
”Ondeh sanak, nomor hape sanak ilang dek ambo, dulu kartu sempat hilang, subanta ambo ambiak hape ko dulu, hmm . . . tolong namo lengkap sanak ciek? Soalnyo ambo acok paniang nulis namo kawan-kawan, po lai samo panggilannyo”, sambil nyengir.
Catatan: cari alasan yang benar, ntar benar-benar hilang nomor hapemu baru tau rasa.
Trik ini cukup oke, berhasil aku praktekin beberapa kali, asal tidak meminta nomer hapenya setiap kali bertemu, itu namanya konyol bos . . . !
4. Trik keempat, tebak saja langsung panggilan yang bersangkutan (sesuai rekomendasi otakmu walaupun ragu).
“Eh . . . anak teknik UNP dulu kan? Kalau ndak salah Andi, iyo kan? Bilo kito sobok terakhir yo? Tambah gagah se kini mah”
Kalau benar tebakanmu, amanlah dikau, dan kalau salah? Tenang tentu dia akan menyelesaikannya sendiri. Walau kemungkinan terbesar dia akan menjawab dengan wajah bete, dan dalam hati berkata :
“Ondeh pede nyo lai anak ko, lah salah ma nakok namo ambo, masih se cangar-cengir ndak maraso salah. Mungkin patang-patang ko kapalonyo cok talantuak jo pintu wece makonyo agak hank, tapi nyo lai elok mah !”
He . . . He . . . GeEr-nya MUTE ON lagi . . .
Kalo salah tebak ngak usah malu, segera tutup mukamu dengan sapu tangan atau jaket, bilang maaf, trus segera tinggalin dia . . . (just kidding).
5. Trik kelima adalah coba perhatikan badan teman anda tersebut kalau ada tersemat nama tag atau sejenisnya, tinggal baca namanya, selesai. Kalau nggak ada, kasih saran agar lain kali makai name tag dong choy !
Kalau di area kampus Unand, hal ini cukup berhasil ku terapkan, sekalian jadi penyambung lidah rektor agar semua pegawai dan dosen menggunakan name tag, kalo tidak, niscaya rektor bakalan cuek waktu di sapa saat berpapasan,
Suweeer. . . !!!
Ingat dulu pengalaman berbarengan naik lift dengan rektor, dicuekin abizzz . . . gara-gara lupa makai itu-tu, benar-benar pengalaman yang memalukan.
6. Trik selanjutnya adalah berharap salah satu temannya dari seseorang yang kita lupa tiba-tiba muncul dan kemudian menyapa namanya (kejadian ini sangat tipis peluangnya (1 : 100). Jadi jangan berharap terlalu banyak pada trik ini, mudah-mudahan anda adalah orang beruntung di setiap waktu.
7. Trik terakhir dari saya adalah pura-pura sibuk alias kabur dengan seribu alasan, contoh:
“ Maaf sanak, ambo takaja, di ateh lah ado nan manunggu dari tadi, bilo-bilo kito carito-carito yo !!! ”
“Ondeh, ambo sadang tasasak nan dak ka toilet, beko kito basobok liak”
Mengulur waktu sehingga kita punya waktu yang cukup untuk mengingat si misterius.
Catatan : kalau alasan ke toilet jangan mengarah ke kafe atau tempat lain, janji di atas jangan turun ke bawah, kelihatan bohongnya kawan, hati-hati . . .!!!
Itulah sejumlah trik yang bisa aku share pada kawan-kawan. Hal ini hanyalah kumpulan pengalaman sehari-hari saja. Mungkin kawan-kawan punya trik lain yang lebih jitu dan ampuh, juga tolong dibagi.
Terakhir, buat teman-teman yang merasa bahwa aku menggunakan salah satu trik di atas saat kita bersua. Aku mohon maaf atas kealfaan diriku ini terutama buat adik-adik di HMI dan mahasiswa UNP yang nggak bias terhapalkan lagi namanya satu persatu because I am only human not angels, mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat.
(Posko Khatib/ 22 Juni ’09)
Sabtu, 23 Mei 2009
Facebook 22 Mei 2009
"Mungkin aku adalah pria oportunis yang tidak pernah menganggap cintanya sesuatu yang serius kecuali sekali atau Aku hanyalah pria konservatif yang lebih setuju dengan cinta terpendam. Mengapa manusia-manusia tertentu sangat bahagia dan menikmati hubungannya dengan manusia yang lain karena cinta yang ditemukannya? Mengapa bagiku cinta bagai sesuatu yang teramat indah dan sekaligus amat jauh? Tolong Masukannya Teman2".
Coment yang Masuk :
1. Agustian Piliang pada 22 Mei 17:54
"Jan maratok juo lai lid... lah ado punai ditangan balapehan lo...! Jangan salahkan Tuhan Mu!".
2. Doni Eka Putra pada 22 Mei 17:55
"Itu sebuah perfektif yang harus di rumah bang... Cinta itu anugrah yang harus di rasakan semua orang... dan itu tergantung cinta yang mana... semua manusia harus saling mencinai dan menyayngi... dan cinta dan kasih sayang itu sebuah jawaban ketika kita paham dari makna sebuah hubungan sesama manusia... dan sekarang apakah kita mampu untuk mencintai... Baca Selengkapnya dan dicintai orang lain... itu yang harus diterjemahkan dalam posisi manusia ketika manusia itu sadar akan peran nya sebagai perubah dan pembuat sesuatu menjadi ideal..".
4. Dorri Putra pada 22 Mei 17:56
"Biarkan segala sesuatu menjadi indah pada waktunya..".
5. Leni Afrianti pada 22 Mei 18:00
"Ba to bro...tp lah matang kaji...tcantum dlm karya tbaru brother mah...ranting jo pohon...kyknya pnulisnya mesti ngulang baca lg tuh...biar lbh mhayati he...he..."
6. Agustian Piliang pada 22 Mei 18:23
"Hidup hanya sekali, jatuh cinta juga sekali, mati pun satu kali... falsafah dalam ayat-ayat cinta!".
7. Rakhmat Yusuf pada 22 Mei 18:34
"Cinta tu emang indah ma uncu, tapi awak jan sampai terlena dek cinta karano cinta tu bisa juo mambaok awak ka lubang ke hancuran. jadi cinta n usaha/pekerjaan yang awak jalani harus sembang alias 50% - 50 %.itu kok manuruik awak uncu ha..." ^_^
8. Mira Ratnawati pada 22 Mei 18:58
Da chalid, jan cameh lai "Laki2 yang BAik unTuk PereMpuan Yang BaIK2" Da kalik kan Baik Insya Allah dapat yang tebaik.Amin".
9. Yulhendri Sutan pada 22 Mei 20:10
"Wah, anak bujang sedang membahas tema cintah...good lah...pertanda baik...".
10. Yessy Yusnita pada 22 Mei 21:55
"Cinta jangan dipendam,karena cinta bukan harta karun.tapi kita sendiri yang sebenarnya harta karun itu yang suatu saat akan ditemukan dan dipertemukan dengan orang yang tepat untuk memiliki dan dimiliki.dalam hidup untuk mendapatkan sesuatu harus kerja keras,supaya hasil yang diperoleh juga memuaskan.Begitu juga untuk memperoleh cinta...".
11. Irwan Darfis pada 22 Mei 22:54
" Cinta... oh, cinta... Sadang jatuh cinta kawan ambo ruponyo... he he he...Lebih baik DICINTAI... daripada MENCINTAI... (terutama CINTA yg tak berbalas... ba-tapuak sabalah tangan)...".
12. Amalia Novarita pada 23 Mei 12:14
"Jangan pernah menyalahkan cinta,dan jangan pernah menyalahkan diri sendiri,mungkin di sisi laen abg terlalu ingin mencri yang sempurna,pdhal kita tau didunia ini tidak ada yang sempurna,cinta tak harus memiliki,cinta sejati bhagia ketika kita berada pada orang yang nyaman dihati,"mencintai orang yg tdk sempurna dngan cra yang sempurna" . Itu kata2 abg sendiri lo, semangt aja,sem0ga wanita pasangan hidup bg kelak,adalah yang solehah kpd suami n kluarga".
13. Roni Azmal Fahdi pada 23 Mei 12:51
"Karna cinta itu akan lebih indah jika disimpan dan jaga".
Kesimpulannya :
. . . . . . .
Sabtu, 02 Mei 2009
“Like in Empire Earth”
Satu-satunya tujuan yang mereka tahu adalah menaklukkan kerajaan lain. Cara untuk mewujudkan visi tersebut yakni dengan menghancurkan sistem pertahanan serta menguasai (merampok) sumber kekuatan ekonomi negara lawan seperti tambang emas, besi, area hutan, ladang, dan peternakan yang mereka miliki. Sehingga kerajaan lawan menjadi lemah dan makin mudah untuk dihabisi. Apabila semua kerajaan lawan berhasil ditaklukkan, maka kita baru dinyatakan sebagai pemenang game.
Apakah kerajaan yang menang di atas telah mencapai zaman keemasannya? Bisa iya bisa juga tidak, karena alat ukur keberhasilan sebuah bangsa mencapai zaman keemasannya tidak hanya pada besar area atau kapling tanah yang mereka kuasai, tetapi dimana keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, persaudaraan secara utuh ada dalam sebuah bangsa. Dimana rasa aman dan dan perdamaian menguasai kehidupan umatnya.
Pertanyaannya sekarang mungkinkah bumi ini mencapai zaman keemasannya? Suatu zaman di mana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada, kasih sayang, dan kesetiaan antar mereka. Jawabnya hanya ada dalam film atau hanya dalam mimpi mungkin setelah kita lihat realita yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau aku kerucutkan lagi, apakah di masa yang akan datang umat Islam dapat mencapai zaman keemasannya lagi?
Jawabannya seperti pesan Nabi Muhammad SAW yang pernah mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui perantara Imam Mahdi, yang akan datang pada akhir zaman untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuran akhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhan dan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akan menegakkan agama seperti di masa Nabi kita SAW, menjadikan tuntunan akhlak Al Qur’an meliputi umat manusia, dan menegakkan perdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia.
Dapat disimpulkan bahwa ada bocoran buat umat manusia tentang skenario Tuhan tentang masa depan. Bahwa pada akhir zaman hal ini akan terjadi, walau kita tidak mengetahui secara jelas kapan? Takdir masa depan ini hendaknya menambah spirit bagi umat Islam bahwa akan tiba saatnya nanti kebangkitan Islam yang mengusung visi rahmatan lil ’alamin sehingga perdamaian dan kesejahteraan umat manusia dapat terwujud secara nyata.
Tugas kita generasi sekarang hanyalah bertahan menjaga serta tetap berupaya menyebarkan ajaran yang benar ini di tengah kecaman masyarakat dunia yang menyudutkan Islam sebagai teroris, un-prikemanusiaan, kolot, konservatif, dsb. Semoga kita semua dapat bertahan mengemban misi ini sampai akhir hayat, karena seperti inilah skenario Allah SWT terhadap proses perjalanan kehidupan manusia yang akan tetap berujung pada kemenangan atau hanya berakhir sebagai pihak yang kalah alias pecundang sejati.
Semoga nanti kita berada dipihak yang beruntung, Amin.
Belum Tentu Albert Einsten Tahu ?
1. Mata, coba perhatikan ke dua mata di depan wajah kita yang telah ada sejak lahir, secara kodratnya dipergunakan untuk melihat ke depan, tidak boleh selalu melihat kebelakang, karena bisa terkilir itu leher jadinya.
Pembelajaran: Pandanglah masa depan, jangan terlalu larut serta mengkhawatirkan masa lalu.
2. Telinga, kita diberi oleh Yang Maha Kuasa dua buah telinga di kanan dan di kiri supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi.
Pembelajaran: Kumpulkan semua pujian serta kritikan yang terdengar untuk diseleksi mana yang benar dan mana yang salah. Pujian sebagai motivasi diri untuk berbuat lebih baik lagi dan kritikan sebagai koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki di kemudian hari.
3. Otak, manusia dilahirkan lengkap dengan otak dalam tengkorak kepalanya. Sehingga tidak peduli semiskin dan sesusah apapun keadaannya, manusia tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri isi otak, pikiran atau ide yang ada dalam kepalanya.
Pembelajaran: Apapun pikiran atau ide yang ada dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.
4. Hati, organ yang satu buah ini terletak ditengah, tertanam pada bagian dalam, dilindungi oleh tulang iga yang kokoh. Oleh karena itu, penghargaan dan pemberian cinta sering dikatakan berasal dari hati yang paling dalam.
Pembelajaran: Berlatihlah untuk membaca dan menyadari keinginan hatimu, karena rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh hati sebenarnya adalah yang terbaik bagi dirimu. Namun kita terlalu sering menafikan bahkan menampik keinginan hati, suaranya tenggelam dalam sumur-sumur kebohongan dan kemunafikan.
Luar biasa bukan, empat pembelajaran dari puluhan organ yang melekat di tubuh kita. Apabila kita arif dan mencoba memfilsafati apa yang ada di sekitar, kita akan menemukan pembelajaran dan sebuah pemaknaan baru. Menurut kawan-kawan, Apakah Albert Einstein tahu tentang ini ? Nggak usah dipikirin . . .
3 Mar ‘09
Jumat, 01 Mei 2009
Binatang Angkot
“Bato, njiang. Bacirik muncuang mah”, jawab rekannya sambil tertawa, (maaf kawan-kawan bahasanya agak kasar dikit).
Coba bayangkan, kalimat seronok ini masuk ke telingaku yang kebetulan duduk di bangku cece (depan) sebelah anjing (yang maksud sopir angkot sebelah tadi). Aku cuma bisa bicara kecil dalam hati, “Wah nggak aman nih, kita disupiri oleh seekor anjing. Kalo Sopirnya anjing, kita penumpang ini apa?”.
Si sopir perlu dinasehatin, tapi kayaknya lebih tua umurnya dariku. Kalo diperingatkan apa lagi ? Ibu-ibu di belakang saja sudah berkali-kali minta dikurangi volume musiknya, gak digubris sama sekali malah balik berteriak, “Gaul dong buk, kalau ndak kancang musik nyo dak namuah nan mudo-mudo naik do. Ambo makan joa, makan daun ?”
Ku urungkan niat untuk berkomentar. Angkot mulai menyisir Jalan Veteran Purus. Si sopir Angkot mulai menunjukkan kebolehannya. Potong kiri, potong kanan, sepertinya nggak mau kalah dengan Fernando Alonso pembalap F1 ketika berlaga di sirkuit. Setiap ngerem selalu mendadak, sampai-sampai kaki kananku ikutan reflek me-rem. Padahal bukan aku yang membawa ini angkot (juga belum bisa mengendarai mobil-red), hanya kebetulan duduk di sebelah kiri sopir gila.
Sampai di Jalan Djuanda, aku mendapat firasat buruk. Hati kecilku mengatakan agar aku turun saja di sini. Tiba-tiba mulut ini meng-iya-kan tanpa persetujuan si otak.
“Kiri, Da”, dua kata ini telah terlontar. Secara otomatis angkot banting stir ke kiri hampir menyerempet sebuah sepeda motor yang melaju di sebelah kiri angkot.
Setelah turun, kurogoh saku celana untuk membayar ongos sambil berkomentar,
“Lambek-lambek lah saketek, Uda”.
Si sopir tak menjawab satu patah kata pun, hanya menunjukkan mimik muka tak senang dengan statmentku tadi.
Setelah sampai di tepi jalan, aku bingung mau ngapain, karena tujuanku ke kampus UNP Air Tawar masih jauh. Terpaksa cari angkot lain menyambung perjalanan. Saat berdiri di tepi jalan hampir semua angkot yang lewat berhenti menawarkan jasanya, tanpa diberi kode untuk berhenti terlebih dahulu.
Di sini aku baru kepikiran. Dalam negara angkot-perangkotan, pelanggan di tepi jalan adalah raja, tetapi setelah naik ke atas angkot, kekuasaannya tertinggal di tepi jalan. Kita bisa saja cuek atau menggelengkan kepala untuk menolak penawaran jasa yang ditawarkan oleh si supir angkot.
Akhirnya, lewatlah angkot tanpa musik dan kulihat sepintas lalu sopirnya sudah tua sama dengan umur angkot orange miliknya jurusan Lubuk Buaya - Pasar Raya. Aku putuskan untuk naik angkot ini untuk melanjutkan perjalanan.
Kondisi yang sangat bertolak belakang dengan angkot tadi. Telinga terhindar dari hingar-bingar musik keras plus tak ada kata-kata kotor yang keluar dari mulut si sopir angkot. Angkot ini tidaklah melaju dengan lamban, tapi si sopir membawanya dengan perhitungan yang matang sehingga penumpangpun tak ikut-ikutan tegang.
Penumpang disebelahku berteriak, “Pinggir Pak, Pinggir”, dengan mimik muka terkejut. Analisaku mengatakan bahwa tujuannya sudah terlewat mungkin keasikan melamun. Angkot orange ini kebetulan dalam posisi jalur kanan (jalur cepat), tentu butuh waktu memperlambat kecepatan dan mencari lowong aman untuk merapat ke bagian kiri jalan.
“Kiri . . . , Pak”, teriakan ke dua dari penumpang tadi.
“Saba yo nak, sadang dikarajoaan”, jawab bapak si sopir angkot dengan sopan.
Luar biasa, kata yang paling tepat merekam suasana tersebut. Mungkin akibat kejadian “Talongsong” tadi, tahap perjalan berikutnya. Pak Sopir tadi mulai banyak berteriak kecil, “ Pangeran ado?, STM ado?, Pasa Ulak Karang Ado, DPRD ado?”, dan seterusnya yang tujuannya tidak lain untuk mengingat-ingatkan penumpang agar kejadian “Talongsong” seperti tadi tak terulang lagi.
Sampai di depan Minang Plaza, tiba-tiba laju angkot drastis melambat. Kulihat di depan terjadi kemacetan. Selidik demi selidik ternyata ada kecelakaan di depan. Sebuah angkot jurusan labor, menyerempet sebuah sepeda motor.
Tersirap darahku ketika melalui angkot yang balago tersebut ternyata angkot yang kutumpangi sebelumnya. Satu sisi aku merasa bersyukur karena telah mengikuti kata hati, kalau tidak tentu bakalan hilang darah beberapa sendok. Karena berdasarkan pengalaman hidup yang sejengkal ini, setiap mengalami kejadian yang menegangkan bawaan ini perut langsung lapar mungkin karena darah langsung drop atau menguap entah ke mana. Disisi lain, aku cukup menyayangkan nasib si sopir angkot tersebut, karena yang ditabrak bukanlah orang biasa (anggota TNI Bataliyon Yudha Sakti depan kampusku). Bakalan runyam ini masalah, coba dia dengar nasihat anak muda yang baru seumur jagung ini.
Ugal-ugalan Angkot dan Bis Kota di kota Padang sudah melewati ambang batas kewajaran. Bersandar pada alasan kompitisi memperebutkan penumpang dan mengejar setoran pada Induak Samang mereka rela mengorbankan keselamatan penumpang dan pengguna jalan yang lain. Menurutku, sampai sekarang penertiban yang dilakukan pemerintah belumlah efektif. Kalau aku bandingkan dengan Kota Jakarta yang begitu padat arus kendaraannya tak separah kondisi yang ada di kota Padang.
Kalau aku pikir-pikir pemicu sopir angkutan umum ugal-ugalan di jalanan disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, membiarkan angkot memutar musik keras sehingga secara psikologis dapat meningkatkan adrenalin sopir-sopir tersebut. Kedua, tidak menindak modifikasi atau perubahan dandanan luar kendaraan umum, sehingga persaingan dalam pemasangan stiker, lampu, knalpot, dll mempersubur perperangan di tingkat sopir. Ketiga, pemberian SIM rata-rata dengan sistem tembak atau calo, kalau ditest secara benar tentu hampir setengah sopir angkutan umum Kota Padang, tak layak mengantongi SIM B. Keempat, Penegakan hukum yang masih lemah dan penuh KKN makin memperparah keadaan.
Jadi jangan salahkan rakyat badarai main hakim sendiri apabila terserempet oleh angkutan umum yang sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Kalau empat faktor ini tak dibenahi oleh pemerintah kota maka jalan raya / umum di Kota Padang sudah sama dengan Sirkuit Sentul. Tinggal mengundang pembalap-pembalap nasional untuk mengisi sesi latihannya di Kota Padang Tercinta, karena Padang tak pernah kekurangan stok pembalap.
Akhir kata, saya menyampaikan sebuah kata mutiara yang tertempel (stiker) pada kaca samping angkot trayek Pagambiran – Pasar Raya, “ Ka Ang Tiru Juo Ko Lai, Binatang !!!”. Mantap bukan ? Ternyata Di Kota Padang, selain tempat berkumpulnya pembalap-pembalap kelas wahid, binatang-binatang juga banyak mengantongi SIM B, LUAR BIASA BUKAN ?
Coment Tulisan Ini Di Facebook :
1. "Tapi ado angkot yang mereknyo bintang bintang binatang kali ndak ncu? Kini nyo baru hadir di angkot jan2 bisuak nyo masuak rektorat tu batambah panjang karya uncu mah ndak judul e mah ndak, REKTORAT BINATANG lai wakkkkkk" (Derizal Unp pada 26 Mei 9:48)
2. "nah. itu adalah bentuk politeness act dari sopir. bagi mereka ucapan anjiang, baruak, dll sejenis, merupakan meaningless speech. sehingga bagi yang bukan bagian dari speech community mereka, meresa tidak nyaman dengan tuturan2 tersebut. ini dibahas di jurusan cultural linguistics unand tampek ambo manyambuang sikola kini..." (Budi Fitra Helmi pada 26 Mei 9:58)
3. "Sesama anjiang dilarang saling memotong....Inilah yang sasuai kira2..Sebenarnya dalam dunia "peranjingan" kalimat seperti itu sudah menjadi biasa dan jadi bias...nah karena terjadi saling mau unjuk gigi dan unjuk "keanjingan" maka jadilah kalimat itu keluar..sebab klu tak bertutur seperti itu jadi terasa kurang ada "meaning" mereka di dunia mereka yang pada gilirannya akan dipijak2 oleh sejawat and orang kuatnya..." (Jay Ozone pada 26 Mei 11:34)
4. "anjiang....lagi2 anjiang yang jadi korban...sebenarnya apa salah anjiang....siapapun gak kan mau jadi anjiang bahkan anjiang sendiri gak mau jadi anjiang....kecuali orang cina yang bernama "anh jiang"...tu pasti keluarganya yang ngasih...tul gak ??? (Frengki Sae pada 26 Mei 12:15)
5. "Khan sopir angkot dah biasa tu....... tapi itu tetap ngak bagus" (Novizal Ekaputra pada 26 Mei 22:58)
6. "yeess, ternyata apa yang teman-teman rasakan, sama dengan yang kita rasakan bersama, mari perbaiki sistem trasportasi kota Padang" (Yulhendri Sutan pada 27 Mei 8:41)
7. "Yo lo mah ncu...Mantap e ncu jd walikota ma ndak? hehe...Klu ncu jd Walikota wak siap d blakang ncu,hehe...Hidup ncu chalid!" (Kaiya Loebis pada 27 Mei 10:15)
8. "Jadi Walikota lu, stlah itu Guebernur ..." (Romi Fernando pada 28 Mei 0:45)
Trima Kasih Atas Komentar Teman-teman semua.
Sabtu, 28 Maret 2009
Sirkumsisi Massal ala HMI
Akhir-akhir ini aku dapat hobi baru yakni ngedit foto dengan photoshoop. Menurutku ini adalah salah satu sarana mewujudkan impian-impian yang belum tercapai. Seperti pengen nikmati indahnya Kota Paris, foto bareng dengan bintang sepakbola idola, de el el. Setidaknya impian-impian tersebut setengahnya telah terwujud walaupun hanya dalam dunia semu alias palsu. Dijamin bakalan mendatangkan kepuasan tersendiri ditiap rampungnya satu-persatu foto edit-an tersebut. Gak percaya, silahkan Kawan-kawan boleh coba sendiri.
Ketika lagi milih-milih foto yang pengen diedit, aku nemuin foto-foto ketika ngadain SIRKUMSISI dulu. Sirkumsisi, Apa pula itu? Belum kenal ? Makanya kenalan sana ! Halah, ngomong sama siapa saya ini . . . !
Menurut calon dokter temanku yang bernama Topan, sirkumsisi adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan dari penis. Masih bingung? Itu lho, khitan bahasa orang lamanya, sunat bahasa orang kininya. Baru bisa connect khan?
Btw, buat kamu-kamu yang pingin tahu lebih dalam tentang khitan atau bagaimana cara mengkhitankan, maaf, disini bukan tempatnya. Aku lebih merekondasikan untuk ngorek informasi ke dokter di sekitar rumah anda, karena saya tak berkompeten untuk menjelaskan apalagi mengajarkan, ntar aku dibilang malpraktek lagi. Pada tulisan kali ini aku hanya mau cerita sedikit pengalaman menarik masa lalu.
Sudah menjadi agenda tahunan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Padang kita ngadain sirkumsisi massal gratis bagi masyarakat yang kurang mampu. Biasanya ambil timing kala liburan sekolah anak-anak SD. Jadi panitia sirkumsisi ini ternyata repotnya bukan maen. Mulai dari Hunting Bird (istilah yang dipakai teman-teman kala itu) alias nyari anak-anak yang mau ikut jadi peserta sirkumsisi massal. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan sesuai dengan permintaan teman-teman HMI Komisariat Kedokteran sebagai Eksekutor Bird, sterilisasi tempat eksekusi dan lain-lain.
Sampai juga pada hari yang ditunggu oleh orang tua anak-anak yang telah mendaftarkan diri untuk sirkumsisi massal HMI Cabang Padang. Mereka datang memenuhi undangan tepat waktu. Bertolak-belakang dengan psikis anak-anak calon peserta, namanya anak-anak biasanya ceria tapi kali ini kelihatan sekali bahwa mereka tegang karena cemas menunggu detik-detik eksekusi terhadap ujung anu mereka. Terbayang sudah cerita teman-teman mereka yang lebih dahulu dieksekusi yang kadang melebih-lebihkan keaadaan. Bukannya memotivasi tapi menakut-nakuti sehingga mental mereka mental ciut menghadapi jarum suntik dan gunting calon-calon Dokter tersebut.
Kebetulan pagi itu, aku dapat jatah tugas menjemput empat orang anak calon peserta yang berdomisili di sekitar wisma HMI Jl. Hangtuah Padang yang masih dalam tahap pembangunan sehingga untuk sementara semua aktivitas HMI diungsikan ke Jl. Sawahan Dalam III. Anak-anak tersebut berasal dari kampung nelayan yang tidak jauh dari wisma HMI Jl. Hangtuah. Sesuai perjanjian, mereka menunggu di Kedai Ni Emi yang berada di depan wisma HMI Hangtuah.
Sampai di kedai Ni Emi yang aku temui hanya empat incat anak saja. Aku berfikir ke mana orang tua mereka? Lalu aku bertanya pada salah satunya, ” Diak, orang tuanya mana?”
”Gak bisa ikut Da, mereka sudah ke laut. Tadi mereka yang mengantarkan kami kemari, katanya nanti ada Anak HMI yang akan jemput kami untuk disunat, dan mereka titip blangko pendaftarannya dan blangko kesediaan”, tutur Andi yang sepertinya paling tua di antara mereka.
”Iya Chalid, anak-anak ini tadi juga dititipkan ka Uni, urang gaek-nyo ada yang sudah pergi melaut dan yang lain narik becak di pasar raya sana”, Ni Emi ikut membenarkan mereka.
” Tapi, kalian nggak takut disunat tanpa ada yang menemani?”
”Ah, biasalah itu uda, kami khan sudah besar, sudah boleh pergi sendiri” Nando yang paling kecil aku taksir umurnya baru 7 tahun.
Setelah basa-basi sedikit dengan Ni Emi, kami berangkat menuju Wisma HMI Jl. Sawahan lokasi acara sirkumsisi. Hanya ada dua motor, yang satu lagi ditarik Kemal (Ketua Bidang PPD), terpaksa satu motor tarik bertiga.
Dalam perjalan, Andi yang membonceng di belakangku berkomentar.
”Uda, boleh bertanya tidak?” tuturnya rada ragu-ragu.
”Apa yang ingin kamu tanyakan, tanyakanlah?”
”Uda, apa masih bisa anak usia 16 tahun disunat?”
”Emang kenapa kamu bertanya begitu, Ndi?”
”Soalnya umurku sudah segitu, Uda !!!” jawabnya bimbang.
” APA . . . ?” Kata yang terucap spontan plus satu pijakan dadakan pada rem motor yang kami kendarai yang menyebabkan laju kuda besi tersebut drastis turun menuju berhenti.
”Kok ditanyakan balik Uda, kalau sudah tidak bisa lagi biarlah aku diantar balik saja.” jawab anak itu dengan lesu.
”Kamu tidak bercanda sama uda khan?”
”Ndak bercanda bagai do Da, memang itu yang sebenarnya”. Jawab Nando yang dari tadi hanya diam, mungkin karena tak mau lama-lama terjepit di tengah kami.
”Ya udah, kita tanya pada dokternya saja nanti karena bukan wewenang Uda untuk menentukan kamu boleh ikut atau tidak”. Setidaknya jawabanku cukup menenangkan kegusaran Andi sedikit saat itu.
Sampai lokasi sirkumsisi / sunatan massal yakni lantai dua Mesjid Babussalam Muhammdiyah yang bertepatan di sebelah Wisma HMI Sementara Jl. Sawahan Dalam III. Setelah melalui rapat tim dokter ternyata Andi diperbolehkan untuk ikut sebagai peserta Sunatan massal. Begitu girangnya anak itu, karena sudah sekian lama bermimpi untuk disunat akhirnya menjadi kenyataan juga.
Aku sempat bertanya pada si Andi tentang alasan mengapa ia baru sekarang pengen disunat? Mendengar jawaban anak 16 tahun ini membuat diriku berceletuk dalam hati ”TRAGIS”. Ternyata, Bapak anak ini telah lama menjanjikan ia untuk disunat, bahkan sejak sebelum ia putus sekolah di kelas 2 SD dulu. Sunatnya harus di rumah sakit, karena ada sejenis trauma keluarga yakni adik si Bapak Andi meninggal dunia karena infeksi pada anaunya pasca jadi peserta sunatan massal yang pernah diselenggarakan di kota Padang tahun 1994. Wajar saja sampai sekarang Andi tak jadi-jadi juga disunat karena tidak adanya biaya untuk itu. Andi adalah salah satu catatan miris bagiku dari ratusan anak jalanan yang ada di kota Padang. Ibunya telah kabur dari rumah, sedangkan Bapaknya kawin lagi dengan wanita lain.
Ia tak bersekolah lagi, bahkan sempat ragu menjawab pernah duduk atau tidak di bangku sekolahan? Sehari-hari ia berputar-putar di pinggir pantai Padang sampai pantai Purus. Kadang ngamen sama teman-teman nggaruk uang dari orang pacaran di bibir pantai Padang. Kadang pagi hari bantu orang narik pukek (jaring ikan) agar dapat hadiah ikan yang nanti ditukar menjadi uang atau sebungkus nasi sayur di sebuah rumah makan ampera. Persoalan tidur bisa di rumah atau di jalanan tidak ada yang peduli, toh kalau tidak di rumah tentu si ibu tiri akan lebih senang tuturnya dengan lugu. Begitulah sekelumit cerita nyata tentang anak yang sekarang beranjak tumbuh dewasa.
Kembali ke sirkumsisi, ternyata benar-benar ribet mengelola acara ini. Disetiap sudut ruangan dipenuhi jerit dan tangis anak-anak. Ada juga anak yang ketika sedang proses eksekusi basilonjak dan pengen kabur. Kelihatan sekali teman-teman sang eksekutor sampe kualahan. Kalau sudah begini, butuh beberapa orang panitia lagi untuk megangin kaki dan tangan si anak agar tidak bergerak-gerak sambil menghibur atau menuntun si anak untuk baca dua kalimah shahadat, zikir, surat pendek, atau melantunkan asma’ul husna.
Sempat ada anak yang sewaktu eksekusi teriak-teriak, “Alah, alah mah buk dokter, mambana ambo ha, Sakiiik Mak . . . ! Agh . . .!”.
Juga ada yang jago jurus lari seribu bayangan, sehabis disuntik bius, gara-gara lihat gunting di tangan calon-calon dokter, si anak langsung melompat dan kabur melewati tangkapan maupun sergapan panitia. Wah, yang satu itu memang tangkas, kayaknya berbakat menjadi bintang sepakbola masa depan karena jago ngilik.
Nah, tuh di bawah ada foto-fotonya, sebenarnya sih mau tampilkan secara keseluruhan, takut nanti dikategorikan melanggar UU Pornografi. Jadi mohon maaf kalau hanya beberapa buah saja yang ditampilkan, karena banyak foto rada ekstrim bahkan ada foto anak-anak yang belum sirkumsisi, siapa yang jepret ya? Nakal nih fotografernya …!
Sabtu, 14 Februari 2009
CINTA SESAT YANG MENYESATKAN
“Cinta ditolak dukun bertindak” merupakan pepatah kuno yang lazim kita dengar di telinga kita. Pepatah ini akan didendangkan apabila terbentur pada persoalan penolakan cinta dari seseorang yang dikasihi atau dicintai. Kadang juga dilontarkan oleh seorang teman sebagai kalimat penghibur agar tidak terlalu berkecil hati menghadapi penolakan tersebut, atau hanya sekedar sebuah joke atau ungkapan kekesalan hati sesaat detik-detik pasca penolakan cinta.
Ternyata, kalimat di atas bukanlah hanya sekedar slogan semata atau sekedar “asbun” asal bunyi, tapi memang ada kenyataannya. Jika kita ditolak, kita bisa saja menaklukkan kekasih kita dengan ilmu pelet agar mereka mau menerima cinta kita. Walaupun kadang kala cinta itu tidak bisa dinalar, begitu juga pelet kadang tidak masuk akal, namun kenyataannya tetap terbukti.
Mistik atau sihir sudah ada sejak peradaban manusia bermula di muka bumi. Walaupun tak bisa diterima dan dibuktikan secara logika dan sains, disiplin ilmu ini tetap ada sampai akhir zaman. Coba bayangkan tongkat-tongkat penyihir Fir’aun bisa berubah menjadi ular untuk melawan Nabi
Cirik Barandang
Di Sumatera Barat atau Minangkabau juga menyimpan berbagai macam ilmu gaib. Salah satunya tentang keanekaragaman ilmu pelet, baik berupa jampi-jampi, mantera, atau berupa sarana mistis lainnya yang tak kalah dengan daerah-daerah lain. Pernah dengar “Cirik Barandang” merupakan ramuan pelet super ampuh yang berasal dari daerah Minangkabau. Seorang yang termakan ramuan ini, hanya dalam waktu 6 jam dijamin langsung minta dinikahi oleh pemuda/pemudi yang semula dibencinya.
Serbuk yang diaduk dengan kopi atau teh manis. Siapa saja, tak peduli pemuda atau gadis, jika termakan ramuan pelet ini akan datang ke rumah orang yang memberikan ramuan tersebut padanya.Begitu hebatnya serbuk gaib tersebut, sehingga korbannya akan menyerahkan dirinya sambil mengemis, memohon agar dapat diterima cintanya. Bahkan seorang gadis tak segan meminta agar segera dinikahi.
Apabila termakan ramuan Cirik Berandang ini dijamin akan mabuk kepayang. Siang hari teringat pada si pembuat ramuan, dan malam harinya akan terbawa dalam mimpi. Bahkan pemuda atau gadis yang memberikan ramuan Cirik Barandang datang dalam mimpi sebagai seorang puteri raja, sang pangeran yang sangat mempesona. Biasanya, ramuan Cirik Barandang dipergunakan seorang pemuda jika cintanya ditolak mentah-mentah oleh gadis pujaannya. Merasa dihina oleh seorang gadis sombong, bahkan bukan sekedar cinta ditolak, tapi si pemuda juga dicaci maki dengan kata-kata sangat menyakitkan hati.
Karena itu kemudian seorang pemuda datang ke rumah dukun yang mahir membuat ramuan Cirik Barandang. Oleh sang dukun diberikan ramuan racikannya agar ditaburkan dalam teh manis, kopi, jus, atau panganan berupa kue yang akan dimakannya.
Celakanya, ramuan pelet ini tidak hanya digunakan oleh para pemuda yang sakit hati karena ditolak cintanya dan dihina oleh si gadis pujaan.
Cirik Barandang merupakan sarana pelet yang telah berusia sangat tua, bahkan mungkin sangat langka. Kendati demikian, bukan berarti pemegang ramuan super ampuh ini sepenuhnya punah. Diperkirakan, ada orang-orang tua atau sepuh yang tinggal di pedesaan Minangkabau yang masih menguasai petunjuk pembuatan ramuan pelet ini.
Gasiang Tangkurak
Merupakan ilmu pelet yang tak kalah sakti dari Cirik Barandang. Ilmu gaib gasiang tangkurak sejenis pengasihan dan ilmu pelet asal
Keampuhan pengasihan gasiang tangkurak dapat membuat korbannya rata-rata perempuan, akan menjadi setengah gila atau bahkan benar benar gila. Pengasihan gasiang tangkurak dimiliki seorang dukun yang sering dikunjungi orang yang sakit hati pada lawan jenis akan meminta amalan pengasihan gasiang tangkurak. Orang yang mendapat amalan pengasihan gasiang tangkurak melakukatan ritual mantra di kamar khusus dimana dukun tersebut juga akan memutar gasiang tangkurak di rumahnya disaat yang sama.
Pada saat pembacaan mantra dan pemutaran gasiang tangkurak memancarkan energi gaib yang merasuk ke sasaranya. Efeknya si obyek akan dibayangi tengkorak-tengkorak yang berputar di sekitar tubuh obyek. Lama lama putaran tangkurak itu berubah menjadi wajah seseorang. Si obyek akan cinta setengah mati menjurus gila. Pengasihan gasiang tangkurak hanya bisa disembuhkan dengan memecahkan gasiang tangkuraknya secara gaib atau meminta maaf dan menjadi istrinya. Bila mengobati korban pengasihan gasiang tangkurak secara gaib untuk memecahkan gasiang tangkuraknya sangat berbahaya. Kepala si korban akan ikut pecah berkeping-keping. Hihhh… ngeri….
Hukum Mendatangi Dukun
Datang ke dukun hukumnya bisa kafir jika kita membenarkan apa yang dikatakan oleh dukun dari perkara Ghaib. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, berkata : Rasulullah Sholallahu alaihi wassallam bersabda :
”Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, membenarkan apa yang diucapkannya maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wassallam”
(HR. Al-Hakim)
Adapun hanya sekedar bertanya saja tanpa membenarkannya maka yang seperti ini hukumnya haram, sebagimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sebagian istri Nabi Sholallahu alaihi wassallam , Rasulullah Sholallahu alaihi wassallam bersabda :
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal (dukun dan sejenisnya) menanyakan sesuatu maka tidak diterima sholatnya selama empat puluh malam”
(HR. Muslim)