Pernah suatu kali saya ikut AMT (Achivment Motivation Training) ketika baru jadi anggota HMI. Saya tidak ingat betul siapa nama fasilitatornya kalau tak salah, senior HMI dari Komisariat Pertanian Unand. Pembukaan awalnya sangat menarik dan unik sekali. Dia mengacungkan selembar uang 50 ribuan kehadapan kami, sambil bertanya, “Siapa yang mau uang ini, silahkan tunjuk tangan ?”, hampir seluruh peserta mengacungkan tangannya.
“Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini.”
Uang 50 ribuan tersebut diremas-diremas di depan kami semua sampai seperti baju yang habis dicuci tapi belum disetrika alias sampai basandiang-sandiang.
Lalu bertanya lagi,"Siapa yang masih mau uang ini?" ujarnya sambil menjatuhkan uang tersebut ke lantai dan menginjak-injak dengan sepatunya. Meski masih utuh, kini uang tersebut sudahlah lecek kotor lagi.
"Nah, kalau sudah seperti ini, apakah sekarang masih ada yang berminat dengan uang ini?" Saya lihat kanan-kiri masih banyak teman-teman yang masih mengacungkan tangan.
”Adik-adik, dari fenomena live tadi, kita bisa mengambil sebuah pelajaran penting. Perlakuan apapun yang telah saya lakukan terhadap uang ini ternyata tidak mengurangi nilai nominal dari uang tersebut. Terbukti semua masih mau apabila uang ini berpindah tangan menjadi milik anda, bukan ? Atau anda bawa uang tadi ke kedai tentu tetap akan dihargai sebesar nominal yang tertera pada kertas uang tadi, walaupun setelah anda jelaskan bahwa uang tadi telah diremas dan diinjak-injak oleh saya, ya khan?”
Inti pelajaran yang bisa diambil dari simulasi di atas adalah bagaimana kita menjadi pribadi seperti uang 50 ribuan tadi. Bukankah kehidupan yang fana ini, kita akan tetap berpeluang untuk jatuh, gagal, terkoyak, bahkan berlepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat sehingga kita merasa berada pada posisi paling rendah di antara yang lain. Dalam kondisi seperti itu, diri ini merasa tak berharga bahkan tak berarti sama sekali.
Dalam konteks diri sendiri, wajar saja rasa ini muncul setelah melihat kegagalan demi kegagalan yang mendera yang kadang dapat membunuh kebanggaan-kebanggaan yang secara sedikit demi sedikit hingga habis. Jangan berlama-lama berada pada posisi demikian. Cobalah lihat keluar dari diri kita, sebenarnya kita tidak pernah kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai kita. Seperti uang 50 ribuan di atas, semua tahu bahwa uang tetaplah uang, dalam setiap digitnya mempunyai nilai walaupun dalam bentuk mulus maupun lecek.
Jadi buat kawan-kawan mengalami kegagalan, janganlah terlalu lama menyesali kegagalan atau kepecundangan yang mendera. Obatnya tidak lain adalah merapatlah kembali kepada orang-orang yang mencintai anda. Jangan pernah lupa bahwa kita semua adalah spesial, karena Tuhan tidak akan pernah menciptakan sesuatu dengan sia-sia. Apabila hal ini juga tidak merubah keadaan maka kembalikanlah semua pada Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
16 Desember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar