Mungkin ketika kamu marah, kesal karena banyak masalah, tersinggung, tertekan, dan perasaan-perasaan lain yang buruk, tiba-tiba ada seseorang yang menghadiahimu senyuman? Bukan senyum sinis meremehkan atau senyuman orang yang tidak waras. Tapi senyuman tulus yang datang dari hati dan hanya hati pula yang bisa merasakannya. Rasa kesal serta amarahmu, seketika akan cair seperti es krim terjemur di tengah terik padang pasir karena senyum itu kan? Itulah senyum.
Senyum punya banyak arti. Kalau lihat di kamus, senyum sebagai kata benda menurut Wordnet mempunyai satu arti: “ekspresi wajah yang mempunyai karakteristik dengan membentuk hingga naik sudut dari bibir/mulut; biasanya untuk menunjukkan kesenangan atau kegirangan”.
Sedangkan senyum dalam kata kerja menurut kamus Wordnet mempunyai dua arti : pertama, mengubah satu ekspresi wajah dengan melebarkan bibir, seringkali untuk menandakan kesenangan dan kedua, cara menunjukkan ekspresi ”.
Tapi senyum tidak sekedar pengertian dalam kamus. Seperti dalam ajaran Islam, tersenyum dianggap sebagai suatu ibadah, Rasulullah saw bersabda, "Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah," (HR Muslim).
Wajar jika Rasulullah berkata bahwa, "senyummu pada saudaramu adalah shadaqah, pemberian tak ternilai dari seseorang pada saudaranya". Bukankah Allah SWT mengisyaratkan dalam QS Abasa, bahwa calon penghuni syurga itu mukanya berseri-seri penuh senyuman, sebaliknya dengan calon penghuni neraka.
Pada dasarnya, semua orang bisa tersenyum, namun kadangkala karena ketidakseimbangan jiwa dan pemikiran yang membuat kita merasa sangat orang sulit untuk tersenyum. Padahal kita sama-sama tahu bahwa orang yang selalu bermuka cerah, akan selalu mendapat tempat dan disukai oleh banyak orang, sebaliknya orang yang hanya cemberut saja, mudah tersinggung dan marah akan dijauhi banyak orang.
Coba bandingkan apabila kita berjumpa seseorang dengan senyuman sumbringah di lekuk bibirnya dengan orang yang dijumpai itu mengerutkan bibir dengan tatapan mata tajam. Tak ada ekspresi senyum sedikit pun di wajahnya. Hampir pasti akan muncul respons berbeda untuk dua situasi tersebut.
Ekspresi di wajah seseorang berpengaruh langsung terhadap pola komunikasi dan bentuk interaksi sosial yang akan terjadi, termasuk ekspresi balasan yang ditampilkan kemudian. Seperti contoh kenapa orang Padang lebih banyak berbelanja ke toko-toko milik kaum tionghoa dibandingkan toko milik pribumi? Salah satu alasannya adalah mendapatkan layanan yang ramah, tidak ada paksaan harus membeli, ya khan?
Senyum merupakan salah satu isyarat nonverbal atau gesture manusia dalam berkomunikasi. Penelitian yang dilakukan Leonard, Voeller, dan Kaldau(1991) menunjukkan di dalam setiap senyuman terjadi peningkatan pesan positif yang komunikatif.
Konon kata orang bangsa ini dikenal dengan bangsa yang kental keramahtamahan serta budaya luhurnya. Mungkin dulu nenek moyang kita terlalu ramah terhadap pendatang sehingga kita dijajah sampai ber-abad-abad lamanya (just kidding).
Orang mengatakan ekspresi adalah "jendela jiwa", demikian halnya senyuman dengan berbagai bentuk dan maknanya dapat dipercaya sebagai penyampai pesan yang ampuh mengenai kedalaman jiwa seseorang.
Ekman dan kawan-kawan (beberapa ahli psikologi klinis) melakukan penelitian mengenai senyuman, mempublikasikan hasil temuannya bahwa kita dapat membedakan beberapa bentuk senyuman yang tampil, juga membedakan apakah seseorang tersenyum tulus atau hanya berpura-pura demi menutup-nutupi perasaan yang sesungguhnya.
Senyuman tulus yang mengekspresikan isi hati yang gembira biasanya terjadi bersamaan dengan munculnya gerakan otot mata. Orang-orang yang mengekspresikan senyum dari hati yang tulus tentu saja didorong oleh perasaan bahagia dan gembira ketika ia melakukannya.
Sebaliknya, senyum yang terjadi hanya di bibir, yakni dengan lengkungan ke atas, sedikit atau banyak, tanpa disertai gerakan-gerakan aktif otot di seputar mata sering dihubungkan dengan ekspresi jijik. Bahkan juga kesedihan, ketakutan, kecemasan, meremehkan, sinis, ekspresi rasa iri, yang sering kali terdapat pada senyuman orang-orang yang memanipulasi perasaan negatifnya.
Senyum yang muncul sebagai ekspresi manipulasi perasaan merupakan topeng (mask). Bagi orang yang kurang peka atau tidak terlatih menangkap ekspresi nonverbal orang lain, mungkin saja sebuah senyuman dapat menyesatkan atau mengaburkan.
Akibatnya, kepura-puraan dalam interaksi sosial disebabkan pesan sosial yang tidak sampai tersebut, semakin tebal. Menyikapi keadaan dunia yang demikian, rasanya bisa pesimistis juga, jika setiap hari harus berhadapan dengan topeng-topeng wajah di sekeliling kita. Sementara kita membutuhkan nilai ketulusan pada ekspresi seseorang demi memperlancar pesan sosial dalam komunikasi.
Oh. . . Bertapa indah dan damainya dunia apabila semua penghuninya berkomitmen untuk serentak mengekspresikan senyum dari hati yang tulus dalam beberapa menit saja. Mungkin perperangan akan berhenti di muka bumi untuk sejenak.
Mari kita galakkan gerakan anti cemberut, mari murnikan hatimu, hiasi hari dengan senyuman. Lihatlah, ternyata senyuman terindah bagi seorang dokter adalah senyuman pasiennya yang baru sembuh. Senyuman terindah bagi seorang guru adalah senyuman siswanya yang lulus ujian. Senyuman terindah bagi orangtua adalah senyuman bahagia anak-anaknya. Senyuman terindah bagi bawahan adalah senyuman atasan yang bijaksana dan arief. Senyuman terindah bagi seorang sahabat adalah seyuman yang sedekahkannya disaat ia merasa membutuhkan pertolongan dan sokongan, dan begitu seterusnya. . .
(Tbg, Januari 2008)
Tersenyumlah kawan,Sebelum Tersenyum itu Dilarang.
So. . . Keep Smiling My Friend’s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar