Ribuan orang tumpah ke jalan beberapa saat setelah pertandingan final yang disiarkan langsung televisi nasional itu berakhir.Perayaan dengan menembakkan senjata api ke udara dilakukan sebagian besar warga. Bunyi suara tembakan terdengar di hampir semua sudut kota Baghdad. Warga dengan bangga mengibar-ngibarkan bendera kebangsaan Irak sambil menari penuh gembira di jalan-jalan. Semua penderitaan dan konflik akibat teror bertahun-tahun seakan terhapus oleh sukacita.
’’Para pahlawan itu (pemain Timnas Irak) menunjukkan bagaimana sesungguhnya bangsa Irak. Mereka melakukan sesuatu yang besar dan berarti bagi rakyat, jauh lebih mulia daripada perbuatan para politisi serakah yang saling bunuh untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya,’’ ujar Sabah Shaiyal, 43, anggota polisi Baghdad. Di jalan-jalan kota Basra, daerah basis Syiah, warga laki-laki dan perempuan serempak keluar rumah dengan kegembiraan yang meluap.
Para wanita menaburkan bunga-bunga, sedangkan para remaja dan pria dewasa mengisi kaleng kosong dengan potongan kertas (confetti) ke udara. Ratusan orang juga berpesta di kota Kurdi, Sulaimaniyah, 160 kilometer dari Baghdad. Warga kota yang paling tertindas pada masa rezim Saddam Hussein itu tak lagi menganggap keberhasilan Irak untuk kali pertama menjuarai Piala Asia sebagai kemenangan Baghdad. Jalan-jalan langsung dipenuhi dengan mobil yang bermuatan penuh orang-orang mengibarkan bendera nasional Irak berdampingan dengan bendera Kurdi.Kegembiraan tidak hanya ditunjukkan warga sipil.Anggota pasukan keamanan yang biasanya tampil garang karena selalu menjadi sasaran teror kemarin menanggalkan semua keangkerannya. Mereka berbaur dengan warga sipil untuk bersama-sama merayakan kejayaan tim nasional mereka di ajang sepak bola paling bergengsi di Benua Asia itu.
Perayaan berhasilnya Irak menjadi juara Piala Asia kemarin juga menjadi momen penting persatuan nasional di tengah konflik berkepanjangan. Anggota Timnas Irak yang beranggota pemain dari beragam kelompok yang bertikai, yaitu Sunni, Syiah, dan Kurdi, memberikan pelajaran bahwa jika seluruh kelompok etnis di Irak bersatu, Irak menjadi bangsa yang disegani.
”Kami memang datang ke Piala Asia 2007 ini dengan perlengkapan seadanya, termasuk kostum tim yang kami kenakan,” aku Ahmed Ali, kiper kedua Irak.Tanpa penjelasan Ahmed, kita semua memang sudah pasti tahu betapa susah kondisi mereka. Seperti yang sudah diberitakan sebelum-sebelumnya, Irak memang hadir di Piala Asia 2007 dengan jalan yang sangat terjal menyerikan. Mereka harus terbang ke “Piala Dunianya Asia itu” dengan meninggalkan sanak-saudara yang berada dalam kondisi perang.
Semoga Perang berakhir, We Hope so..... Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar