Sabtu, 23 Mei 2009

Facebook 22 Mei 2009

Post-ku Di Facebook (22 Mei 2009):

"Mungkin aku adalah pria oportunis yang tidak pernah menganggap cintanya sesuatu yang serius kecuali sekali atau Aku hanyalah pria konservatif yang lebih setuju dengan cinta terpendam. Mengapa manusia-manusia tertentu sangat bahagia dan menikmati hubungannya dengan manusia yang lain karena cinta yang ditemukannya? Mengapa bagiku cinta bagai sesuatu yang teramat indah dan sekaligus amat jauh? Tolong Masukannya Teman2".

Coment yang Masuk :

1. Agustian Piliang pada 22 Mei 17:54
"Jan maratok juo lai lid... lah ado punai ditangan balapehan lo...! Jangan salahkan Tuhan Mu!".

2. Doni Eka Putra pada 22 Mei 17:55
"Itu sebuah perfektif yang harus di rumah bang... Cinta itu anugrah yang harus di rasakan semua orang... dan itu tergantung cinta yang mana... semua manusia harus saling mencinai dan menyayngi... dan cinta dan kasih sayang itu sebuah jawaban ketika kita paham dari makna sebuah hubungan sesama manusia... dan sekarang apakah kita mampu untuk mencintai... Baca Selengkapnya dan dicintai orang lain... itu yang harus diterjemahkan dalam posisi manusia ketika manusia itu sadar akan peran nya sebagai perubah dan pembuat sesuatu menjadi ideal..".

4. Dorri Putra pada 22 Mei 17:56
"Biarkan segala sesuatu menjadi indah pada waktunya..".

5. Leni Afrianti pada 22 Mei 18:00
"Ba to bro...tp lah matang kaji...tcantum dlm karya tbaru brother mah...ranting jo pohon...kyknya pnulisnya mesti ngulang baca lg tuh...biar lbh mhayati he...he..."

6. Agustian Piliang pada 22 Mei 18:23
"Hidup hanya sekali, jatuh cinta juga sekali, mati pun satu kali... falsafah dalam ayat-ayat cinta!".

7. Rakhmat Yusuf pada 22 Mei 18:34
"Cinta tu emang indah ma uncu, tapi awak jan sampai terlena dek cinta karano cinta tu bisa juo mambaok awak ka lubang ke hancuran. jadi cinta n usaha/pekerjaan yang awak jalani harus sembang alias 50% - 50 %.itu kok manuruik awak uncu ha..." ^_^

8. Mira Ratnawati pada 22 Mei 18:58
Da chalid, jan cameh lai "Laki2 yang BAik unTuk PereMpuan Yang BaIK2" Da kalik kan Baik Insya Allah dapat yang tebaik.Amin".

9. Yulhendri Sutan pada 22 Mei 20:10
"Wah, anak bujang sedang membahas tema cintah...good lah...pertanda baik...".

10. Yessy Yusnita pada 22 Mei 21:55
"Cinta jangan dipendam,karena cinta bukan harta karun.tapi kita sendiri yang sebenarnya harta karun itu yang suatu saat akan ditemukan dan dipertemukan dengan orang yang tepat untuk memiliki dan dimiliki.dalam hidup untuk mendapatkan sesuatu harus kerja keras,supaya hasil yang diperoleh juga memuaskan.Begitu juga untuk memperoleh cinta...".

11. Irwan Darfis pada 22 Mei 22:54
" Cinta... oh, cinta... Sadang jatuh cinta kawan ambo ruponyo... he he he...Lebih baik DICINTAI... daripada MENCINTAI... (terutama CINTA yg tak berbalas... ba-tapuak sabalah tangan)...".

12. Amalia Novarita pada 23 Mei 12:14
"Jangan pernah menyalahkan cinta,dan jangan pernah menyalahkan diri sendiri,mungkin di sisi laen abg terlalu ingin mencri yang sempurna,pdhal kita tau didunia ini tidak ada yang sempurna,cinta tak harus memiliki,cinta sejati bhagia ketika kita berada pada orang yang nyaman dihati,"mencintai orang yg tdk sempurna dngan cra yang sempurna" . Itu kata2 abg sendiri lo, semangt aja,sem0ga wanita pasangan hidup bg kelak,adalah yang solehah kpd suami n kluarga".

13. Roni Azmal Fahdi pada 23 Mei 12:51
"Karna cinta itu akan lebih indah jika disimpan dan jaga".

Kesimpulannya :
. . . . . . .

Sabtu, 02 Mei 2009

“Like in Empire Earth”

Entahlah, kadang aku berfikir kehidupan di bumi mirip dengan kehidupan pada “Game PC Empire Earth”. Berawal dari sebuah komunitas kecil dengan pengetahuan yang juga terbatas, kemudian berkembang menjadi sebuah bangsa. Seiring dengan itu, mulai meningkatnya perekonomian serta ilmu pengetahuaan sehigga dibentuklah sebuah armada pertahanan untuk mempertahankan kerajaan/ daerah mereka dari serangan bangsa lain yang juga berkembang. Setelah diyakini bahwa kerajaan mereka cukup kuat dari segi armada meliter, ekonomi, serta ilmu pengetahuan, baru mereka mencoba untuk memperluas daerah dengan ekspansi ke daerah milik bangsa lain.

Satu-satunya tujuan yang mereka tahu adalah menaklukkan kerajaan lain. Cara untuk mewujudkan visi tersebut yakni dengan menghancurkan sistem pertahanan serta menguasai (merampok) sumber kekuatan ekonomi negara lawan seperti tambang emas, besi, area hutan, ladang, dan peternakan yang mereka miliki. Sehingga kerajaan lawan menjadi lemah dan makin mudah untuk dihabisi. Apabila semua kerajaan lawan berhasil ditaklukkan, maka kita baru dinyatakan sebagai pemenang game.

Apakah kerajaan yang menang di atas telah mencapai zaman keemasannya? Bisa iya bisa juga tidak, karena alat ukur keberhasilan sebuah bangsa mencapai zaman keemasannya tidak hanya pada besar area atau kapling tanah yang mereka kuasai, tetapi dimana keadilan, kemakmuran, kesejahteraan, persaudaraan secara utuh ada dalam sebuah bangsa. Dimana rasa aman dan dan perdamaian menguasai kehidupan umatnya.

Pertanyaannya sekarang mungkinkah bumi ini mencapai zaman keemasannya? Suatu zaman di mana manusia merasakan cinta, pengorbanan diri, lapang dada, kasih sayang, dan kesetiaan antar mereka. Jawabnya hanya ada dalam film atau hanya dalam mimpi mungkin setelah kita lihat realita yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau aku kerucutkan lagi, apakah di masa yang akan datang umat Islam dapat mencapai zaman keemasannya lagi?

Jawabannya seperti pesan Nabi Muhammad SAW yang pernah mengatakan bahwa masa yang diberkahi ini akan terjadi melalui perantara Imam Mahdi, yang akan datang pada akhir zaman untuk menyelamatkan dunia dari kekacauan, ketidakadilan, dan kehancuran akhlak. Ia akan memusnahkan paham-paham yang tidak mengenal Tuhan dan menghentikan kezaliman yang merajalela. Selain itu, ia akan menegakkan agama seperti di masa Nabi kita SAW, menjadikan tuntunan akhlak Al Qur’an meliputi umat manusia, dan menegakkan perdamaian dan menebarkan kesejahteraan di seluruh dunia.

Dapat disimpulkan bahwa ada bocoran buat umat manusia tentang skenario Tuhan tentang masa depan. Bahwa pada akhir zaman hal ini akan terjadi, walau kita tidak mengetahui secara jelas kapan? Takdir masa depan ini hendaknya menambah spirit bagi umat Islam bahwa akan tiba saatnya nanti kebangkitan Islam yang mengusung visi rahmatan lil ’alamin sehingga perdamaian dan kesejahteraan umat manusia dapat terwujud secara nyata.

Tugas kita generasi sekarang hanyalah bertahan menjaga serta tetap berupaya menyebarkan ajaran yang benar ini di tengah kecaman masyarakat dunia yang menyudutkan Islam sebagai teroris, un-prikemanusiaan, kolot, konservatif, dsb. Semoga kita semua dapat bertahan mengemban misi ini sampai akhir hayat, karena seperti inilah skenario Allah SWT terhadap proses perjalanan kehidupan manusia yang akan tetap berujung pada kemenangan atau hanya berakhir sebagai pihak yang kalah alias pecundang sejati.

Semoga nanti kita berada dipihak yang beruntung, Amin.

Belum Tentu Albert Einsten Tahu ?

Sebuah falsafah terkenal dari bumi Minangkabau “Alam takambang jadi Guru”. Menurut saya ada benarnya, maksudnya bukan berarti kita harus pergi ke hutan belakang kampus Unand Limau Manis dulu kalau hanya untuk mendapatkan sebuah pembelajaran dari seorang guru yang bernama alam (bukan Si Alam Mbah Dukun). Pada jasad atau jasmani (bahasa kesehatannya), kita bisa mengambil berbagai pembelajaran darinya.

1. Mata, coba perhatikan ke dua mata di depan wajah kita yang telah ada sejak lahir, secara kodratnya dipergunakan untuk melihat ke depan, tidak boleh selalu melihat kebelakang, karena bisa terkilir itu leher jadinya.

Pembelajaran: Pandanglah masa depan, jangan terlalu larut serta mengkhawatirkan masa lalu.

2. Telinga, kita diberi oleh Yang Maha Kuasa dua buah telinga di kanan dan di kiri supaya kita bisa mendengarkan semuanya dari dua buah sisi.

Pembelajaran: Kumpulkan semua pujian serta kritikan yang terdengar untuk diseleksi mana yang benar dan mana yang salah. Pujian sebagai motivasi diri untuk berbuat lebih baik lagi dan kritikan sebagai koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang harus diperbaiki di kemudian hari.

3. Otak, manusia dilahirkan lengkap dengan otak dalam tengkorak kepalanya. Sehingga tidak peduli semiskin dan sesusah apapun keadaannya, manusia tetap kaya. Karena tidak akan ada satu orang pun yang bisa mencuri isi otak, pikiran atau ide yang ada dalam kepalanya.

Pembelajaran: Apapun pikiran atau ide yang ada dalam otak anda jauh lebih berharga dari pada emas dan perhiasan.

4. Hati, organ yang satu buah ini terletak ditengah, tertanam pada bagian dalam, dilindungi oleh tulang iga yang kokoh. Oleh karena itu, penghargaan dan pemberian cinta sering dikatakan berasal dari hati yang paling dalam.

Pembelajaran: Berlatihlah untuk membaca dan menyadari keinginan hatimu, karena rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh hati sebenarnya adalah yang terbaik bagi dirimu. Namun kita terlalu sering menafikan bahkan menampik keinginan hati, suaranya tenggelam dalam sumur-sumur kebohongan dan kemunafikan.

Luar biasa bukan, empat pembelajaran dari puluhan organ yang melekat di tubuh kita. Apabila kita arif dan mencoba memfilsafati apa yang ada di sekitar, kita akan menemukan pembelajaran dan sebuah pemaknaan baru. Menurut kawan-kawan, Apakah Albert Einstein tahu tentang ini ? Nggak usah dipikirin . . .

3 Mar ‘09

Jumat, 01 Mei 2009

Binatang Angkot

“Hoy, anjiang. Lah sajak bilo lo angku mambaok oto”, teriak seorang supir angkot trayek Simpang Labor – Pasar Raya Padang pada rekan seprofesinya yang juga mengendarai angkot yang sejurusan di perempatan lampu merah Damar Plaza.

“Bato, njiang. Bacirik muncuang mah”, jawab rekannya sambil tertawa, (maaf kawan-kawan bahasanya agak kasar dikit).

Coba bayangkan, kalimat seronok ini masuk ke telingaku yang kebetulan duduk di bangku cece (depan) sebelah anjing (yang maksud sopir angkot sebelah tadi). Aku cuma bisa bicara kecil dalam hati, “Wah nggak aman nih, kita disupiri oleh seekor anjing. Kalo Sopirnya anjing, kita penumpang ini apa?”.

Si sopir perlu dinasehatin, tapi kayaknya lebih tua umurnya dariku. Kalo diperingatkan apa lagi ? Ibu-ibu di belakang saja sudah berkali-kali minta dikurangi volume musiknya, gak digubris sama sekali malah balik berteriak, “Gaul dong buk, kalau ndak kancang musik nyo dak namuah nan mudo-mudo naik do. Ambo makan joa, makan daun ?”

Ku urungkan niat untuk berkomentar. Angkot mulai menyisir Jalan Veteran Purus. Si sopir Angkot mulai menunjukkan kebolehannya. Potong kiri, potong kanan, sepertinya nggak mau kalah dengan Fernando Alonso pembalap F1 ketika berlaga di sirkuit. Setiap ngerem selalu mendadak, sampai-sampai kaki kananku ikutan reflek me-rem. Padahal bukan aku yang membawa ini angkot (juga belum bisa mengendarai mobil-red), hanya kebetulan duduk di sebelah kiri sopir gila.

Sampai di Jalan Djuanda, aku mendapat firasat buruk. Hati kecilku mengatakan agar aku turun saja di sini. Tiba-tiba mulut ini meng-iya-kan tanpa persetujuan si otak.

“Kiri, Da”, dua kata ini telah terlontar. Secara otomatis angkot banting stir ke kiri hampir menyerempet sebuah sepeda motor yang melaju di sebelah kiri angkot.

Setelah turun, kurogoh saku celana untuk membayar ongos sambil berkomentar,

“Lambek-lambek lah saketek, Uda”.

Si sopir tak menjawab satu patah kata pun, hanya menunjukkan mimik muka tak senang dengan statmentku tadi.

Setelah sampai di tepi jalan, aku bingung mau ngapain, karena tujuanku ke kampus UNP Air Tawar masih jauh. Terpaksa cari angkot lain menyambung perjalanan. Saat berdiri di tepi jalan hampir semua angkot yang lewat berhenti menawarkan jasanya, tanpa diberi kode untuk berhenti terlebih dahulu.

Di sini aku baru kepikiran. Dalam negara angkot-perangkotan, pelanggan di tepi jalan adalah raja, tetapi setelah naik ke atas angkot, kekuasaannya tertinggal di tepi jalan. Kita bisa saja cuek atau menggelengkan kepala untuk menolak penawaran jasa yang ditawarkan oleh si supir angkot.

Akhirnya, lewatlah angkot tanpa musik dan kulihat sepintas lalu sopirnya sudah tua sama dengan umur angkot orange miliknya jurusan Lubuk Buaya - Pasar Raya. Aku putuskan untuk naik angkot ini untuk melanjutkan perjalanan.

Kondisi yang sangat bertolak belakang dengan angkot tadi. Telinga terhindar dari hingar-bingar musik keras plus tak ada kata-kata kotor yang keluar dari mulut si sopir angkot. Angkot ini tidaklah melaju dengan lamban, tapi si sopir membawanya dengan perhitungan yang matang sehingga penumpangpun tak ikut-ikutan tegang.

Penumpang disebelahku berteriak, “Pinggir Pak, Pinggir”, dengan mimik muka terkejut. Analisaku mengatakan bahwa tujuannya sudah terlewat mungkin keasikan melamun. Angkot orange ini kebetulan dalam posisi jalur kanan (jalur cepat), tentu butuh waktu memperlambat kecepatan dan mencari lowong aman untuk merapat ke bagian kiri jalan.

“Kiri . . . , Pak”, teriakan ke dua dari penumpang tadi.
“Saba yo nak, sadang dikarajoaan”, jawab bapak si sopir angkot dengan sopan.

Luar biasa, kata yang paling tepat merekam suasana tersebut. Mungkin akibat kejadian “Talongsong” tadi, tahap perjalan berikutnya. Pak Sopir tadi mulai banyak berteriak kecil, “ Pangeran ado?, STM ado?, Pasa Ulak Karang Ado, DPRD ado?”, dan seterusnya yang tujuannya tidak lain untuk mengingat-ingatkan penumpang agar kejadian “Talongsong” seperti tadi tak terulang lagi.

Sampai di depan Minang Plaza, tiba-tiba laju angkot drastis melambat. Kulihat di depan terjadi kemacetan. Selidik demi selidik ternyata ada kecelakaan di depan. Sebuah angkot jurusan labor, menyerempet sebuah sepeda motor.

Tersirap darahku ketika melalui angkot yang balago tersebut ternyata angkot yang kutumpangi sebelumnya. Satu sisi aku merasa bersyukur karena telah mengikuti kata hati, kalau tidak tentu bakalan hilang darah beberapa sendok. Karena berdasarkan pengalaman hidup yang sejengkal ini, setiap mengalami kejadian yang menegangkan bawaan ini perut langsung lapar mungkin karena darah langsung drop atau menguap entah ke mana. Disisi lain, aku cukup menyayangkan nasib si sopir angkot tersebut, karena yang ditabrak bukanlah orang biasa (anggota TNI Bataliyon Yudha Sakti depan kampusku). Bakalan runyam ini masalah, coba dia dengar nasihat anak muda yang baru seumur jagung ini.

Ugal-ugalan Angkot dan Bis Kota di kota Padang sudah melewati ambang batas kewajaran. Bersandar pada alasan kompitisi memperebutkan penumpang dan mengejar setoran pada Induak Samang mereka rela mengorbankan keselamatan penumpang dan pengguna jalan yang lain. Menurutku, sampai sekarang penertiban yang dilakukan pemerintah belumlah efektif. Kalau aku bandingkan dengan Kota Jakarta yang begitu padat arus kendaraannya tak separah kondisi yang ada di kota Padang.

Kalau aku pikir-pikir pemicu sopir angkutan umum ugal-ugalan di jalanan disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, membiarkan angkot memutar musik keras sehingga secara psikologis dapat meningkatkan adrenalin sopir-sopir tersebut. Kedua, tidak menindak modifikasi atau perubahan dandanan luar kendaraan umum, sehingga persaingan dalam pemasangan stiker, lampu, knalpot, dll mempersubur perperangan di tingkat sopir. Ketiga, pemberian SIM rata-rata dengan sistem tembak atau calo, kalau ditest secara benar tentu hampir setengah sopir angkutan umum Kota Padang, tak layak mengantongi SIM B. Keempat, Penegakan hukum yang masih lemah dan penuh KKN makin memperparah keadaan.

Jadi jangan salahkan rakyat badarai main hakim sendiri apabila terserempet oleh angkutan umum yang sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Kalau empat faktor ini tak dibenahi oleh pemerintah kota maka jalan raya / umum di Kota Padang sudah sama dengan Sirkuit Sentul. Tinggal mengundang pembalap-pembalap nasional untuk mengisi sesi latihannya di Kota Padang Tercinta, karena Padang tak pernah kekurangan stok pembalap.

Akhir kata, saya menyampaikan sebuah kata mutiara yang tertempel (stiker) pada kaca samping angkot trayek Pagambiran – Pasar Raya, “ Ka Ang Tiru Juo Ko Lai, Binatang !!!”. Mantap bukan ? Ternyata Di Kota Padang, selain tempat berkumpulnya pembalap-pembalap kelas wahid, binatang-binatang juga banyak mengantongi SIM B, LUAR BIASA BUKAN ?

Coment Tulisan Ini Di Facebook :

1. "Tapi ado angkot yang mereknyo bintang bintang binatang kali ndak ncu? Kini nyo baru hadir di angkot jan2 bisuak nyo masuak rektorat tu batambah panjang karya uncu mah ndak judul e mah ndak, REKTORAT BINATANG lai wakkkkkk" (Derizal Unp pada 26 Mei 9:48)
2. "nah. itu adalah bentuk politeness act dari sopir. bagi mereka ucapan anjiang, baruak, dll sejenis, merupakan meaningless speech. sehingga bagi yang bukan bagian dari speech community mereka, meresa tidak nyaman dengan tuturan2 tersebut. ini dibahas di jurusan cultural linguistics unand tampek ambo manyambuang sikola kini..." (Budi Fitra Helmi pada 26 Mei 9:58)
3. "Sesama anjiang dilarang saling memotong....Inilah yang sasuai kira2..Sebenarnya dalam dunia "peranjingan" kalimat seperti itu sudah menjadi biasa dan jadi bias...nah karena terjadi saling mau unjuk gigi dan unjuk "keanjingan" maka jadilah kalimat itu keluar..sebab klu tak bertutur seperti itu jadi terasa kurang ada "meaning" mereka di dunia mereka yang pada gilirannya akan dipijak2 oleh sejawat and orang kuatnya..." (Jay Ozone pada 26 Mei 11:34)
4. "anjiang....lagi2 anjiang yang jadi korban...sebenarnya apa salah anjiang....siapapun gak kan mau jadi anjiang bahkan anjiang sendiri gak mau jadi anjiang....kecuali orang cina yang bernama "anh jiang"...tu pasti keluarganya yang ngasih...tul gak ??? (Frengki Sae pada 26 Mei 12:15)
5. "Khan sopir angkot dah biasa tu....... tapi itu tetap ngak bagus" (Novizal Ekaputra pada 26 Mei 22:58)
6. "yeess, ternyata apa yang teman-teman rasakan, sama dengan yang kita rasakan bersama, mari perbaiki sistem trasportasi kota Padang" (Yulhendri Sutan pada 27 Mei 8:41)
7. "Yo lo mah ncu...Mantap e ncu jd walikota ma ndak? hehe...Klu ncu jd Walikota wak siap d blakang ncu,hehe...Hidup ncu chalid!" (Kaiya Loebis pada 27 Mei 10:15)
8. "Jadi Walikota lu, stlah itu Guebernur ..." (Romi Fernando pada 28 Mei 0:45)

Trima Kasih Atas Komentar Teman-teman semua.