Selasa, 18 November 2008

Baputa Paniang

Suatu kali, aku merasa BT banget. Penyebabnya mungkin karena libur panjang sekolah selepas terima rapor naik ke kelas dua SMA. Pergi ke sekolah ikut Class Meeting, malas karena sekolahku terletak di luar kota Padang butuh menempuh jarak 38 km. Tapi pagi itu aku brangkat mandi juga, pake seragam sekolah, lalu cabut ke simpang jalan.


Sampai perempatan jalan, baru aku putuskan mau ke mana hari ini. Lebih baik ke arah pasar raya padang saja, bisa singgah di Pusda (Pustaka Daerah) minjam buku serial Jening, Kobie, atau kisah Pipi Si Kaus Panjang yang belum sempat terbaca semuanya. Coba kalau ada serial ini ada dijual di Gramedia atau Sari Angrek bakalan kubeli mumpung sedang kaya gitu. Tapi mungkin itulah nasib kita yang tinggal di daerah bukan di pusat ibu kota negara, gak semua ada tersedia.


Musim libur begini, uang saku bulanan gak terusik sedikitpun apabila aktivitas hanya sekitar komplek rumah saja. Jadi kali ini gak ada halangan mau jalan kemana?, beli seuatu atau mau makan apapun, karena ada banyak uang di saku.

Sampai di Pasar Raya aku kaget dengar omongan orang-orang bahwa ada harimau yang tertangkap di Mata Air daerah seputar Teluk Bayur. ”Kalau mau lihat, ya buruan ke sana” bunyi iklan gratis yang disampaikan dari mulut-kemulut. Kebetulan sekali di depan hidungku ngetem angkot tujuan Teluk Bayur, lagi nungguin penumpang yang mau dimobilisasikan ke sana.


Aku naik, padahal aku belum pernah sekalipun ke areal itu. Maklum hanya SD yang di kota Padang, SMP dan SMA di area Kabupaten Padang Pariaman walaupun Ortu berdomisili di kota Padang. Saat angkot berjalan baru aku bingung, nanti aku turunnya dimana?


Untung di atas angkot ada yang sepemikiran denganku yang tujuannya juga ingin lihat si Harimau di kebun binatang dadakan ini. Jadi kepanikan langsung hilang, karena aku tinggal tunggu mereka turun berarti tujuanku pun sampai. Singkat cerita sampai di situ, setelah lihat harimau dengan terlebih dahulu membayar sumbangan suka rela untuk membeli hidangan santap siang si raja hutan yang kabarnya besok akan dibawa ke Kebun Binatang Bukittinggi tentu aku balik ke jalan raya lagi.


Ternyata asik juga berpetualang seperti ini. Mumpung hari masih pagi aku pun melanjutkan perjalanan balik ke pasar raya, baru menentukan daerah mana yang harus ditaklukkan hari ini. Pilihan ke dua adalah daerah Pengambiran yang juga belum pernah kujajaki sekalipun. Di atas angkot Pengambiran warna biru ini aku bisa bertanya-tanya dengan penumpang tentang topologi daerah, asal nama ”Pengambiran” dan info lainnya. Kadang jawaban yang kudapatkan berbeda dari tiap penumpang yang ditanya.


Sampai di ujung trayek mobil angkot ini, tentu si sopir bertanya padaku.


“ Yuang, dima turun?”

“ Angkot ko sampai siko nyo?”


” Sampai siko nyo pak?”

”Ambo baliak selah liak ka Pasa”, jawabku santai.


” Eeeh, baa lo ko, dak ka Pangambiran, manga lo naik oto ko?”

” Jalan-jalan se nyo pak, ndak ado lo nan bisa dikarajoan libur sakolah ko”


”Oooo. Aneh-aneh se karajo anak mudo-mudo kini.”

”Kok ka baliak ka Pasa, duduk di muko koa, Tapi awak baputa dulu ka ateh, ado urang manggaleh nan manitip jaganyo di baok an ka Pasa.”


Aku pun terpaksa bantuin sopir paruh baya ini angkat barang-barang dagangan ke atas angkot. Sampai di pasar raya aku bayar ongkos dua kali lipat karena trayek pulang-pergi. Eh... si sopir angkot nolak ambil uangku, katanya simpan saja buat pertualangan berikutnya.


Berikut rute perjalananku hari itu:

Tabing ==> Pasar Raya ==> Mata Air ==> Pasar Raya ==> Pengambiran ==> Pasar Raya ==> Balimbiang ==> Pasar Raya ==> Banuaran ==> putar ke Gaung ==> Pasar Raya ==> Indarung (makan siang di komplek PT Semen Padang) ==> Pasar Bandar Buat ==> Pasar Baru Limau Manis ==> Kampus Unand ==> Pasar Raya Lagi ==> Tabing (sampai di rumah pukul 17.00 WIB).


Pertualangan yang aku sepakati sendiri dengan tema ”Baputa Paniang” ini harus kubayar hanya dengan 15.000 rupiah sudah termasuk makan dan snack selama perjalanan, karena banyak diberi dispensasi dari para sopir angkot di atas.

Terima kasih kuucapkan atas kebaikan hati mereka (sopir dan penumpang angkot-Red) bertambah pengetahuanku tentang daerah-daerah yang ada di kota Padang ini lengkap dengan informasi bahkan cerita heroik bahkan mitos yang pernah terjadi pada masing-masing daerah yang terjejaki tadi.


Sampai disini saja baputa paniangnyo kawan-kawan,

bisuak disambuang baliak . . . .

Akhir November 2008