Selasa, 28 Oktober 2008

Gutera; Langit dan Laut Bertemu

Entah mengapa kemaren habis balik dari kantor tanpa sengaja terlewatkan simpang rumahku yang idealnya aku belok ke kanan, gara-gara sedikit melamun berakibat kepada bertambah jarak perjalanan pulang menjadi satu kilo meter lagi. Cuma ada satu jalan alternatif yakni naikin motor ke atas pembatas jalan yang tingginya kurang lebih 40 centi meter yang merupakan perbuatan sia-sia belaka karena kata POLANTAS bisa mengakibatkan LAKA (kecelakaan lalu lintas).


Sepeda motor ini tetap melaju lurus dan membelok ke kiri, entah karena motor ini yang menuntun atau karena memang keinginan hati untuk berkunjung ke tempat favoritku sejak kecil dulu. Sebuah tempat yang tenang dan nyaman dan berada tidak jauh dari komplek rumahku. Tempat yang diberi gelar GUTERA alias Gubuk Terapung adalah sebuah wahana di pinggir pantai barat sumatera. Walaupun dipinggir pantai tapi tidak langsung bertemu dengan pasir atau air laut seperti objek wisata tepi pantai lainnya. Letak Gutera tidak langsung di pinggir pantai bahkan berjarak 500 meter dari garis pinggir pantai. Antara garis pantai ada sebuah genangan air seperti kolam tempat bertemunya air laut dengan muara sungai kecil yang sempat dijadikan batas daerah kekuasaan Belanda dengan pihak Indonesia yang dimunumenkan dengan sebuah tugu Perjanjian Linggarjati.


Di situ berdiri sebuah kafe kecil yang dilengkapi pondok-pondok beratapkan payung yang terbuat dari beton yang kalau dilihat dari jauh mirip dengan jamur-jamur raksasa. Dipinggiran lokasi tumbuh pohon Bika dan Rumbio serta di atas genangan air tersebut juga ditanam sayur-sayuran jenis Dalidi (yang merupakan sayur yang cukup digemari oleh orang Padang). Selain tempat yang menarik untuk melihat sunset juga sangat digemari oleh warga sekitar dikala siang hari karena angin yang berhembus cukup mengembalikan spirit yang sempat hilang atau kendor.


Walaupun lokasi tersebut tidak termasuk salah satu objek wisata kota Padang, sehingga hanya orang sekitar daerah Tabing saja yang tahu tempat yang menurut diri pribadi tiada dua-nya dibandingkan objek-objek wisata laindi kota padang yang notabene memang sedikit. Kota Padang memang dikenal dengan kota paling sedikit tempat hiburannya dibandingkan kota Bukittinggi atau Padang Panjang dengan the New Minang Vilage-nya.


Akhirnya sampai juga aku di tempat favoritku ini sore menjelang senja. Aku tercenung menatap langit dan laut. Memang betul kata seorang teman dalam blognya yang tadi siang kubaca mengatakan bahwa Tuhan telah mentakdirkan langit dan laut saling jatuh cinta. Mereka sama-sama saling menyukai satu dengan lainnya. Bukti cinta mereka ada di depan mataku saat ini. Apabila warna laut biru maka langit pun pasti berwarna biru pula. Begitu pula sebaliknya saking sukanya langit terhadap laut membuat warna langit sama dengan laut.


Dikala senja datang, si laut dengan lembut sekali membisikkan "aku akan selalu mencintaimu" ke telinga langit. Setiap langit mendengar bisikan penuh cinta laut pun, langit tidak menjawab hanya tersipu malu sehingga wajahnya mendadak menjadi kemerah-merahan.


Datanglah awan... yang begitu bernafsu begitu melihat cantik dan anggunnya si langit, awan seketika itu juga jatuh hati terhadap langit. Tentu saja langit hanya mencintai laut, setiap hari hanya melihat laut saja. Awan sedih tapi tak putus asa, mencari cara dan akhirnya menemukan akal bulus. Awan mengembangkan dirinya sebesar mungkin dan menyusup di tengah-tengah langit dan laut, menghalangi pandangan mereka dan berusaha memisahkan cinta mereka.


Laut merasa marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa dan tetap berupaya dengan gelombangnya untuk menyibak menyibak awan yang mengganggu pandangannya.Tapi tentu saja tidak berhasil gelombang kekecewaannya hanya kandas di tepi pantai Gutera.


Lalu datanglah angin, seorang sahabat laut dan langit yang sejak dulu mengetahui hubungan laut dan langit merasa harus membantu mereka menyingkirkan awan yang mengganggu. Dengan tiupan keras dan kuat, angin meniup awan ... Awan tercerai berai menjadi banyak potongan, sehingga tidak bisa lagi melihat langit dengan jelas. Cinta mereka bersemi kembali, di atas kebuncahan hati awan terhadap perasaan cintanya yang kandas diterjang angin. Sehingga bukti sayangnya terhadap langit awan hanya bisa menangis sedih yang menimbulkan hujan.


So... hingga sekarang, kasih antara langit dan laut tidak bisa dipisahkan oleh siapapun jua. pergilah ke pinggir pantai sore hari untuk membuktikan hal ini. Lihatlah sepanjang mata memandang lurus ke depan ada sebuah garis pertemuan antara laut dan langit. Tahukah kawan-kawan? disitulah tempat mereka pacaran.


Ooooo.... So Sweeeet.

Udah kaya cerita sinetron.

He ... he ... he ...


Huh... buat jealous aja.

Aku kangen padamu . . . Gutera.

chalidbest, 27 Oktober 2008

Foto Gutera diambil dgn HP SE K310i