Senin, 30 Juli 2007

Irak Menang !!! (Wujud Sebuah Persatuan)

Ribuan orang tumpah ke jalan beberapa saat setelah pertandingan final yang disiarkan langsung televisi nasional itu berakhir.Perayaan dengan menembakkan senjata api ke udara dilakukan sebagian besar warga. Bunyi suara tembakan terdengar di hampir semua sudut kota Baghdad. Warga dengan bangga mengibar-ngibarkan bendera kebangsaan Irak sambil menari penuh gembira di jalan-jalan. Semua penderitaan dan konflik akibat teror bertahun-tahun seakan terhapus oleh sukacita.
’’Para pahlawan itu (pemain Timnas Irak) menunjukkan bagaimana sesungguhnya bangsa Irak. Mereka melakukan sesuatu yang besar dan berarti bagi rakyat, jauh lebih mulia daripada perbuatan para politisi serakah yang saling bunuh untuk kepentingan sendiri dan kelompoknya,’’ ujar Sabah Shaiyal, 43, anggota polisi Baghdad. Di jalan-jalan kota Basra, daerah basis Syiah, warga laki-laki dan perempuan serempak keluar rumah dengan kegembiraan yang meluap.
Para wanita menaburkan bunga-bunga, sedangkan para remaja dan pria dewasa mengisi kaleng kosong dengan potongan kertas (confetti) ke udara. Ratusan orang juga berpesta di kota Kurdi, Sulaimaniyah, 160 kilometer dari Baghdad. Warga kota yang paling tertindas pada masa rezim Saddam Hussein itu tak lagi menganggap keberhasilan Irak untuk kali pertama menjuarai Piala Asia sebagai kemenangan Baghdad. Jalan-jalan langsung dipenuhi dengan mobil yang bermuatan penuh orang-orang mengibarkan bendera nasional Irak berdampingan dengan bendera Kurdi.Kegembiraan tidak hanya ditunjukkan warga sipil.Anggota pasukan keamanan yang biasanya tampil garang karena selalu menjadi sasaran teror kemarin menanggalkan semua keangkerannya. Mereka berbaur dengan warga sipil untuk bersama-sama merayakan kejayaan tim nasional mereka di ajang sepak bola paling bergengsi di Benua Asia itu.
Perayaan berhasilnya Irak menjadi juara Piala Asia kemarin juga menjadi momen penting persatuan nasional di tengah konflik berkepanjangan. Anggota Timnas Irak yang beranggota pemain dari beragam kelompok yang bertikai, yaitu Sunni, Syiah, dan Kurdi, memberikan pelajaran bahwa jika seluruh kelompok etnis di Irak bersatu, Irak menjadi bangsa yang disegani.
”Kami memang datang ke Piala Asia 2007 ini dengan perlengkapan seadanya, termasuk kostum tim yang kami kenakan,” aku Ahmed Ali, kiper kedua Irak.Tanpa penjelasan Ahmed, kita semua memang sudah pasti tahu betapa susah kondisi mereka. Seperti yang sudah diberitakan sebelum-sebelumnya, Irak memang hadir di Piala Asia 2007 dengan jalan yang sangat terjal menyerikan. Mereka harus terbang ke “Piala Dunianya Asia itu” dengan meninggalkan sanak-saudara yang berada dalam kondisi perang.
Semoga Perang berakhir, We Hope so..... Amien.

Kamis, 26 Juli 2007

JANGAN BERKECIL HATI ATAU BANGGA MENJADI SEORANG PNS


Judul tersebut masih menjadi tanda tanya besar bagi saya, karena sampai saat ini saya masih berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selama ini saya sering bertemu dengan teman-teman yang juga sangat berminat untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Rata-rata dengan alasan jaminan hari tua, seolah-olah masa depan sudah ‘aman dan nyaman’ dengan menjadi PNS. Mungkin Itu-lah penyebab begitu membludaknya manusia yang mendaftar setiap diadakannya Ujian Seleksi Penerimaan PNS yang diselenggarakan pemerintah tiap tahunnya. Sangat jarang saya jumpai orang yang sama sekali tidak berminat menjadi PNS. Begitulah memang seperti yang dikatakan oleh para pebisnis “watak orang Indonesia, murah terbuai dengan "kenyamanan". Menurut saya ada beberapa alasan mengapa orang ingin menjadi PNS, antara lain:
  • Aman dan Nyaman, karena kalau di swasta katanya kalau gak dibutuhkan lagi akan dibuang/dipecat, dsb. Motivasi ini jelas bibit dari sifat PGPS (pinter goblok pendapatan sama). Kalau jadi PNS aman serta nyaman, gak bakalan dipecat mau segoblok apa pun juga. Mau kerja rajin, mau kerja malas, mau kreatif atau dongok, so pasti tetap aman, coy.
  • Adanya jaminan hari tua alias pensiun, ini cukup make sense dan manusiawi, tapi apa mereka tidak tahu bahwa perusahaan2 swasta pun banyak yang memiliki program dana pensiun, dan kenapa tidak setinggi itu animo untuk bekerja di swasta? mungkin kembali ke poin di atas.
  • Mau jadi kaya, yang satu ini jarang diungkapkan, tapi kalau mau disurvey secara jujur inilah motivasi utama mayoritas orang yang mau jadi PNS (Tanya Kenapa?).
  • Kebanggaan, mungkin juga menjadi salah satu faktornya, meskipun saya gak tahu bagaimana harus membanggakannya. Memang ada beberapa profesi yang membanggakan atau menurut saya mereka patut bangga dengan itu seperti peneliti ilmiah, dosen, guru (salut untuk yang satu ini) atau profesi2 yang memang membutuhkan kompetensi tinggi tetapi memang dilakukan dengan komitmen dan penuh dedikasi. Untuk profesi-profesi seperti ini tentunya tidak berlaku “If I am just a little bit dumber, then I will be a PNS”. Tapi yang lainnya, BANGGA?!

Mudah-mudahan bukan empat faktor di atas yang menjadi alasan awal mau tetapi karena faktor peluang kerja yang sangat minim hari ini, sehingga setiap peluang yang ada kita manfaatkan semaksimal mungkin.

R. Mangun dalam sebuah artikelnya di harian Kompas, beliau menulis tentang sistem kependidikan kita dan kenapa orang begitu berminat menjadi PNS (birokrat). Rupanya, menurut analisis beliau, kita ini masih mewarisi mental inlander dari jaman kolonial dulu, di mana orang dididik untuk menjadi patuh dan taat pada pemerintah sehingga bisa menjadi ambtenaar (PNS di jaman kolonial). Menjadi ambtenaar itu jabatan terhormat di masyarakat waktu itu, dan rupanya masih terbawa hingga sekarang.

Yang juga masih terbawa adalah paradigma bahwa mereka adalah bagian dari kekuasaan (penguasa), bukan pelayan rakyat atau pembayar pajak. Sehingga, kata R. Mangun, pernah ada penelitian tentang cita-cita pelajar di dunia. Di Amrik, jika ditanya cita-citanya, para pelajar di sana mengatakan mereka ingin menjadi pengusaha, eksekutif perusaahaan multi nasional, pengacara, dll. Di Iran, pelajarnya ingin menjadi ulama dan tokoh syiah. Di Indonesia, pelajarnya ingin menjadi PNS, hmm... So?....

Anehnya lagi, banyak orang yang rela membuang-buang hartanya demi PNS ! Banyak dari mereka rela mengeluarkan uang hingga seratus juta rupiah ! ( masuk logika gak?), walaupun sekarang seleksi penerimaan PNS sudah lebih baik dari yang dulu-dulu, tetapi masih banyak orang yang goblok, di bumi pertiwi ini.

Berapa habis? atau Siapa/ Ada gak orang dalam? Merupakan pertanyaan yang begitu sering terdengar, ketika awal saya diterima menjadi PNS. Itulah opini publik atau suara spontan dari masyarakat terhadap proses penerimaan PNS.

Saya heran akan motivasi yang begitu tinggi untuk menjadi PNS di tengah kondisi di atas, di mana kompetensi kurang dihargai, korupsi yang begitu parah, nepotisme yang sudah menjadi budaya dan not to mention the low salary. Kalau dipikir dengan hukum ekonomi kayanya gak make sense sama sekali. Karena pengorbanan yang harus dikeluarkan besar sekali, untuk pekerjaan yang …

Kita juga tahu bahwa gaji PNS adalah kecil, tapi kata seorang peminat PNS beralasan “Kita kan bisa hidup sederhana, kita juga bisa cari tambahan lain” Hmm… CARI TAMBAHAN LAIN, YA ...

Dengan keluarnya tulisan ini bukan berarti saya tidak bersyukur telah menjadi Pegawai pemerintah alias PNS, sebenarnya saya harus bersyukur dengan rahmat yang telah diberikan-Nya, tapi… ketika ada peluang lain yang lebih baik kenapa harus mengambil jalan aman ini. kawan-kawan pilih mana: Berpenghasilan Tetap atau Tetap Berpenghasilan?

Dan kenapa ketika kita di cetak jadi sarjana, kita Cuma berpikir untuk kerja,
apakah kuliah hanya mendidik mahasiswanya, Cuma untuk mencari kerja?…
Cuma mengandalkan kerja kalau ada orang yang menawari kerja?????………
Dan tidakkah kita berpikir bagaimana kita bisa menciptakan kerja bagi orang-orang yang membutuhkan kerja????…

Artikel Ini ditulis bukan untuk mempengaruhi teman-teman yang ingin jadi PNS untuk tidak jadi PNS, Tapi semata-mata sebagai wacana bagi kita semua, bahwa PNS bukanlah satu-satunya tempat mengantungkan hidup kita.

Tidak usah berkecil hati untuk yang belum jadi PNS…

Dan jangan berbangga Hati bagi yang sudah jadi PNS

**karena ada banyak PR berat yang kamu emban sebelum atau sesudah menjadi PNS, yakni mengubah budaya dan tradisi jelek yang ada di instansi tempat kamu bertugas, Selamat (Berjuang, Bekarya dan Berinovasi), My Friend.

(YAKIN USAHA SAMPAI)

Limau manis/26 Juli 2007

Komentar: Kirim ke e-mail: chalidbest@gmail.com

Rabu, 18 Juli 2007

Peserta LPJ DIKNAS tahun 2006





T4 Kerja Koe

Bagian Kepegawaian
Biro Adm. Umum & Keuangan
Universitas Andalas
Rektorat Lt. 3
0751- 71181

Bacalah, Kau-kan Paham, Saudaraku !!!

Rela Pada Ketentuan-Nya


Biarkanlah waktu berbuat semaunya
Berlapang dada jika takdir menimpa
Jangan berkeluh-kesah atas musibah yang mendera
Tiada musibah yang kekal di dunia ini

Jadilah laki-laki harus tegar
Dalam menghadapi tragedi yang menghampiri
Tiada kesedihan yang kekal begitu juga dengan kebahagiaan
Berlakulah pema’af dan selalu menepati janji

Prinsip dasar yang harus dipegang seorang lelaki

Tiada kesulitan yang abadi tidak pula kemudahan
Jika kita berhati puas dan mudah menerima
Maka engkau telah memahami arti hidup,
di atas dunia ini, kawan !!!

Bumi Allah begitu lapang luas membentang
Namun seakan sempit kala ajal menjelang
Biarkanlah waktu ingkar janji setiap saat
Maut tak mungkin dicegah dengan cara apapun.
Renungkanlah, Saudaraku
(chalid/17-07-2007)
Bagi kawan2 yg ngeblog disini:
Tlg isi kolom komentarnya ya !!! !
Tq.
Chalid "Uncu" best

Jumat, 13 Juli 2007

Artikel Baru 13 Juli 2007

BIAYA KULIAH NAIK,
KOMERSIALISASI PTN DIMULAI !

Oleh:
Ibnu Chalid Bestari*

Ditengah kondisi ekonomi yang masih belum pulih dari krisis berkepanjangan, tingkat keinginan generasi muda untuk meraih pendidikan di perguruan tinggi mulai berkurang. Tidak hanya generasi muda saja yang berkurang gairah menuntut ilmu, namun beban orang tua untuk membiayai pendidikan putra-putrinya ke bangku perguruan tinggi juga akan semakin berat. Sehingga muncul stigma baru “buat apa sekolah tinggi-tinggi, uang habis, toh nantinya akan jadi pengangguran juga”.

Sepertinya dunia pendidikan kita tidak pernah lepas dari masalah. Selalu muncul polemik, mulai dari nasib guru, uang sekolah/SPP (Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan) yang mahal, insiden soal SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), masalah kualitas dan mutu pendidikan, hingga masalah komersialisasi pendidikan, terutama di perguruan tinggi.

Kasihan sekali buat calon mahasiswa yang akan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di kota Padang tahun ini. Karena mereka harus menanggung beban biaya pendidikan yang lebih mahal (naik sampai 100 %) dari biaya tahun lalu. Hal ini buah dari menguatnya liberalisasi ekonomi dan kapitalisasi di sektor pendidikan.

Dalam sistem kapitalis, peran negara di minimalisasi, negara hanya sebagai regulator. Sehingga peran swasta pun dioptimalkan. Muncullah istilah-istilah baru yang sebenarnya menipu, seperti otonomi kampus yang intinya negara lepas tangan terhadap dunia pendidikan. Akibatnya, sekolah dan kampus harus jungkir-balik mencari dana. Jalan pintas yang diambil PTN adalah menaikkan biaya pendidikan. Jadilah pendidikan semakin mahal dan sulit dijangkau kalangan menengah ke bawah.

Ancaman komersialisasi menjadi kenyataan ketika perguruan tinggi berubah statusnya menjadi PT BHMN (Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara) yang kemudian diperkuat dengan RUU BHP (Badan Hukum Pendidikan). Alasannya, memang kelihatannya bagus seperti meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan jaminan mutu. Namun, praktiknya adalah kapitalisasi pendidikan. Ciri-cirinya seperti peran negara diminimalkan dan pendidikan lebih diserahkan kepada masyarakat. Lagi-lagi yang muncul adalah masalah pendanaan. Perguruan Tinggi akhirnya harus banting tulang untuk mencari sumber pendanaan mulai dari buka bisnis sampai yang paling gampang menaikkan biaya pendidikan (SPP mahasiswa).
Akibatnya, pendidikan menjadi barang mewah dan sulit dijangkau oleh mereka yang berkantong tipis. Alasan yang mendasari terjadinya privatisasi tidak lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pemerintah sering dianggap kurang mampu mengelola pendidikan. Akibatnya, lembaga pendidikan menjadi tidak efisien, tidak kompetitif, dan tidak berkembang.

Muncul rumus baru yakni sesuatu yang berkualitas itu mahal. Tapi kalau begitu hanya orang tertentu saja yang bisa menikmati, bagaimana dengan yang lain yang justru sebagian besar warga negara ini, apa mereka tidak boleh menikmati pendidikan yang bermutu? apakah pendidikan berkualitas hanya bagi mereka yang punya uang? Jawabannya sudah jelas tidak, karena di negara lain termasuk negara tetangga kita pendidikan dapat dirasakan oleh semua orang, kaya maupun miskin.

Pemerintah seharusnya mampu mengupayakan suatu pendidikan yang berkualitas tetapi dapat dijangkau. Ingat masa depan negeri ini ada di tangan generasi muda bukan pada kekayaan yang dimiliki oleh sebuah PTN. Jadi pikirkanlah nasib mereka agar mereka dapat memperoleh pendidikan yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain hingga mereka mampu bersaing di tengah persaingan global. Bukannya menawarkan konsep BHMN PTN yang terkesan ingin lepas tanggung jawab.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah. Namun, bukan berarti hal itu dibebankan kepada masyarakat. Kewajiban Pemerintahlah yang seharusnya menjamin pendidikan setiap rakyatnya baik kaya maupun miskin (amanat konstitusi negara), dengan akses yang mudah untuk pendidikan yang bermutu. Saat ini, status PT-BHMN memberikan peluang yang besar untuk memandulkan peran Pemerintah dalam sektor pendidikan. Dana pendidikan akan terpotong hingga tinggal 8% (Kompas, 10/5/2005). Kondisi ini tidak terlepas dari tekanan utang dan kebijakan pembayaran utang luar negeri.

Kebijakan yang sensitif seperti menaikkan biaya SPP perlu didahului dengan proses pembahasan dan pertimbangan yang matang melibatkan semua unsur termasuk mahasiswa sebagai objek kebijakan tesebut. Apakah sudah dipertimbangkan dengan masak biaya pendaftaran yang ditetapkan PTN tahun 2007 dapat terjangkau oleh sebagaian besar masyarakat Sumatera Barat?

Bagi para pengelola PTN harus berani terbuka dan transparan sehingga tidak ada kecurigaan dan pada sisi lain kebijakannya akan mudah dipahami oleh masyarakat. Karena kebetulan saja tahun ini tidak ada protes atau perlawanan dari mahasiswa, mungkin mahasiswa sekarang adalah dari golongan mampu dan berpunya.

Mahasiswa jangan semata dijadikan objek pendanaan. Persoalan finance perguruan tinggi perlu dicarikan jalan keluarnya, bukannya mempersulit akses masyarakat untuk belajar di PTN dengan menaikkan biaya masuk dan SPP mahasiswa baru. PTN semakin tidak memberikan tempat bagi si miskin, padahal idealnya PTN adalah tempat berkumpulnya anak bangsa yang cerdas dari berbagai kelas, bukan kumpulan anak orang-orang berkelas dengan kapabilitas yang tidak jelas. (Pdg/ 13 Juli 2007)

* Mahasiswa Universitas Negeri Padang